Seni dan Keberanian Melupakan Kesalahan Orang

https://www.profitablecpmrate.com/ki4sf672yj?key=11d19e0ce7111b57c69b1b76cd2593c6

RBO – Dalam kehidupan empirik setiap manusia akan selalu membutuhkan satu sama lainnya melalui apa yang disebut interaksi sosial.

Interaksi sosial ini bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung melalui berbagai media. Secara teoritis semua hubungan yang dibangun tentu ingin dalam kondisi baik – baik saja.

Namun dalam kenyataannya, satu sama lain kadang berbuat kesalahan. Baik disengaja ataupun tidak sehingga harmoni interaksi jadi terganggu.

Jika kondisi seperti ini yang terjadi, setiap orang tentu memiliki sikap dan cara pandang masing-masing dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

Ada yang berusaha untuk memutuskan tali silaturahmi dan berjanji untuk tidak berhubungan lagi dengannya. Dan ada juga yang berusaha untuk mengklarifikasi persoalan agar jelas duduk perkara serta saling memaafkan.

Sikap diri untuk melupakan kesalahan yang dilakukan oleh saudara ataupun teman kita dalam istilah agama disebut Taghoful, yaitu melupakan kesalahan dan tidak berusaha untuk mengingat – ingatnya lagi.

Tentu tidak mudah bersikap seperti itu, akan tetapi itulah salah satu sikap atau akhlak yang mulia. Hal ini pernah disampaikan oleh Ibnul Jauzi rohimahullah, sebagai berikut :

ﻣﺎ ﻳﺰﺍﻝ ﺍﻟﺘﻐﺎﻓﻞ ﻋﻦ ﺍﻟﺰﻻﺕ ﻣﻦ ﺃﺭﻗﻰ ﺷﻴﻢ ﺍﻟﻜﺮﺍﻡ
ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﺠﺒﻠﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺰﻻﻥ ﻭﺍﻷﺧﻄﺎﺀ ﻓﺈﻥ ﺍﻫﺘﻢ ﺍﻟﻤﺮﺀ ﺑﻜﻞ ﺯﻟﺔ ﻭﺧﻄﻴﺌﺔ ﺗﻌﺐ ﻭﺃﺗﻌﺐ ﻏﻴﺮﻩ ﻭﺍﻟﻌﺎﻗﻞ ﺍﻟﺬﻛﻲ ﻣﻦ ﻻ ﻳﺪﻗﻖ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺻﻐﻴﺮﺓ ﻭﻛﺒﻴﺮﺓ ﻣﻊ ﺃﻫﻠﻪ
ﻭﺃﺣﺒﺎﺑﻪ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﺟﺮﺍﻧﻪ ﻭﻟﻬﺬﺍ ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : ﺗﺴﻌﺔ
ﺃﻋﺸﺎﺭ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻐﺎﻓﻞ.

“ Melupakan kesalahan orang lain adalah sifat orang-orang mulia. Karena manusia tak ada yang lepas dari kesalahan dan dosa “.

Sekali lagi persoalan ini bukanlah hal yang mudah, tetapi kita harus senantiasa berlatih dan mencoba untuk terus melakukannya agar kita menjadi manusia yang memiliki akhlak yang mulia tersebut.

Coba saja bayangkan jika kita tidak bisa melakukannya, bahkan berperilaku sebaliknya yaitu selalu memperhatikan dan mengingat tiap kesalahan orang lain. Kita pasti akan lelah, orang lain lelah, dan waktu kita habis untuk sesuatu yang kurang bermakna.

Padahal masih banyak hal penting lainnya yang harus kita kerjakan. Baik yang berhubungan dengan pekerjaan, keluarga, aktivitas berorganisasi, dan lainnya.

Oleh karenanya sangat wajar jika Imam Ahmad mengatakan, bahwa “ Sembilan puluh persen akhlak yang baik ada pada taghoful..”(Tahdzibul Kamal 19/230).

Marilah kita semua untuk tetap belajar dan terus belajar serta mau mempraktekkan Taghoful ini. Mudah -mudahan cara pandang dan langkah kita akan semakin baik. Silaturahmi tetap terjaga, persaudaraan tambah banyak, dan warna kehidupan akan semakin indah.

Penulis : Dede Farhan Aulawi

Related posts

Leave a Comment