
Sanggar Gondewa Rasa Tampil Memukau di Atrium Asia Plaza Sumedang
Sumedang, RBO – Di tengah gempuran budaya modern, kesenian tradisional berupaya tetap eksis di Kabupaten Sumedang. Salah satunya seni tari jaipongan.
Seperti yang tampak dari sejumlah penari jaipong yang unjuk gigi dihadapan warga saat tampil Atrium Asia Plaza Sumedang ,yang dilaksanakan tepatnya Minggu (05 /01/2025).
Beragam keindahan gerakan tari jaipong sukses menghibur warga yang mengisi waktu Hal itu tentunya cukup menarik.
Pasalnya saat ini terhitung jarang liburan malam minggu diisi dengan hiburan berupa seni tradisional.
Terlebih para penampil kesenian khas Jawa Barat ini rata-rata masih anak-anak Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta ada beberapa orang anak SMA/sederajat.
Sementara itu, ratusan warga yang menonton pun bukan hanya dari kalangan orang tua. Bahkan, kalangan milenial cukup antusias menyaksikan penampilan dari para penari jaipongan.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga H.Nandang Suparman mengatakan seni Tari Jaipong yang ditampilkan ada yang klasik dan ada yang telah dikreasikan atau disebut dengan istilah ceta.
“Kalau jaipongan yang klasik ini gerakannya berpedoman pada gerakan-gerakan dasar yang diberikan guru sanggar tari, kalau yang ceta atau kreasi itu banyak sekali perpaduan gerakan ketuk tilu, pencak silat, tari wayang dan tari modern,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu saya sebagai kepala Dinas Pariwisata mewakili Pemerintah Kabupaten Sumedang sangat mengapresiasi kepada pihak penyelenggara yang telah mau menampilkan seni tradisional.
“Khususnya tari jaipongan terlebih sanggar tari Gandewa Rasa yang melaksanakan Evaluasi terhadap anak-anak, Evaluasi ini dilaksanakan untuk melihat perkembangan anak-anak,” Ujarnya.
“Saya ucapkan terimakasih kepada penyelenggara serta pada orangtua anak-ana yang mendukung acara ini serta pihak Asia Plaza yang memberikan tempat, terlebih Sanggar tari Gandewa Rasa yang telah mau menggelar acara-acara seperti ini khususnya seni tradisional dalam hal ini khususnya tari jaipongan,” ungkapnya.
“Minimalnya satu sanggar itu ada 60 orang latihan disana dari mulai anak-anak hingga usia dewasa,” terangnya.
Ia berharap dengan adanya kegiatan acara seperti ini dapat lebih mempopulerkan seni-seni tradisional yang ada di Kabupaten Sumedang.
“Harapan lainnya semoga pemerintahan bisa lebih memperhatikan seni-seni tradisional yang ada di Kabupaten Sumedang,” ucapnya.
Sejarah Lahirnya Seni Tari Jaipongan merupakan genre seni tari yang lahir dari kerjasama antara dua orang seniman asal Bandung dan Karawang bernama H. Suwanda dari Karawang dan Gugum Gumbira dari Bandung pada sekitar tahun 1976.
Suwanda saat itu dikenal sangat mahir memainkan alat musik berupa gendang dari padepokan Suwanda Grup. Ia saat itu sukses meramu tepak-tepak gendang ketuk tilu, wayang, kendang penca (pendak silat), doger, banjet, dan bahkan tarling.
Semua kesenian itu diramunya hingga kemudian melahirkan seni jaipong. Pada tahun yang sama, Suwanda ditarik ke Bandung oleh Gugum Gumbira untuk bergabung dengan grup kesenian milik Gugum Gumbira yakni grup Jugala.
Lewat kolaborasi keduanya, Suwanda yang ahli memainkan musik gendang dan Gugum Gumbira ahli dalam koreografi tarian maka terciptalah beberapa tarian jaipong.
Hingga lewat kolaborasi keduanya pula seni tari jaipong menjadi kesenian Sunda yang sangat populer bukan hanya di dalam negeri melainkan mancanegara, seni tari jaipong yang ditampilkan ada yang klasik dan ada yang telah dikreasikan atau disebut dengan istilah ceta.
“Kalau jaipongan yang klasik ini gerakannya berpedoman pada gerakan-gerakan dasar-dasar terhadap anak-anak pemula,” katanya.
Dalam kesempatan ini, dirinya mengapresiasi dan mengucapkan kepada pihak penyelenggara yang telah mau menampilkan seni tradisional, khususnya tari jaipongan.
“Saya ucapkan terimakasih kepada penyelenggara yang telah mau menggelar acara-acara seperti ini khususnya seni tradisional dalam hal ini khususnya tari,” ucapnya.
Ia menyebut, satu sanggar
sanggar itu ada 60 orang latihan disana dari mulai anak-anak hingga usia dewasa.
Ia berharap dengan adanya kegiatan acara seperti ini dapat lebih mempopulerkan seni-seni tradisional yang ada di Kabupaten Sumedang.
“Harapan lainnya semoga pemerintahan bisa lebih memperhatikan seni-seni tradisional yang ada di Kabupaten Sumedang,” ucapnya.
Sejarah Lahirnya Seni Tari Jaipongan
Dilansir dari situs kemdikbud.go.id, seni tari jaipongan merupakan genre seni tari yang lahir dari kerjasama antara dua orang seniman asal Bandung dan Karawang bernama H. Suwanda dari Karawang dan Gugum Gumbira dari Bandung pada sekitar tahun 1976.
Suwanda saat itu dikenal sangat mahir memainkan alat musik berupa gendang dari padepokan Suwanda Grup. Ia saat itu sukses meramu tepak-tepak gendang ketuk tilu, wayang, kendang penca (pendak silat), doger, banjet, dan bahkan tarling.
Nandang menambahkan, dalam tertib acara saya lihat untuk Evaluasi yang dilaksanakan Sanggar Gandewa Rasa, seperti tari topeng klana kesumedang lamanya sekitar 15 Menit, lagu kelanang Sunda yang dibawakan Salsabila Anindya Belva dan Natasya Hidayat selama 8 Menit dan begitu tarian lainya rata-rata 8 Menit.
Adapun bagi para pemenang ada piagam penghargaan dan paling menariknya ada Doorprize, adapun hasil evaluasi dari tim juri dan ketua Sanggar.
Bagi seluruh sanggar yang ada di Sumedang saya ucapkan trimakasih sebesar-besarnya yang melestarikan budaya ,terlebih saat ini bagi sanggar Gandewa Rasa yang melaksanakan Evaluasi, mari kita lestarikan Budaya kita kalau bukan kita siapa lagi,” ujarnya. (Nababan)
Average Rating