Pupuk Subsidi di Desa Manjapai Langka, Dijual dengan Harga Tinggi 

Read Time:1 Minute, 5 Second
https://www.profitablecpmrate.com/ki4sf672yj?key=11d19e0ce7111b57c69b1b76cd2593c6

GOWA, RB – Gapoktan desa Manjapai merupakan wadah pengambilan pupuk bersubsidi bagi masyarakat petani melalui RDKK, tapi banyak warga tidak mendapatkan haknya sebagai penerima pupuk bersubsidi.

Ketua Gapoktan diduga kuat bekerja sama dengan para kelompok tani yang ada di dusun sedesa Manjapai, untuk melakukan penyaluran pupuk bersubsidi dengan cara menjual harga tinggi, Rp.120.000,- per-sak.

Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya mengatakan, diketahui banyaknya warga dusun Jannaya membeli pupuk bersubsidi diluar dusun Jannaya dengan harga Rp.110.000. kata sumber yang membeli diluar desa.

Dijelaskan sumber, Imam desa Manjapai jual pupuk urea bersubsidi dengan harga Rp.110,000. Sementara, kelompok tani Julukanaya, Rahim Pata, telah mendapat pupuk bersubsidi 40 sak dengan harga jual Rp.120.000.

“Ketua Gapoktan (dg Ngesa) yang dipercayakan sebagai agen pupuk untuk semua petani sedesa Manjapai dan menyimpan pupuk 50 sak dirumah warga, untuk dijual dengan harga Rp.120.000.

Sementara terang sumber, ketua kelompok tani Julukaya, hanya mengakui menerima pupuk bersubsidi,40 sak, 10 sak entah dijual dimana.

Salah seorang pembeli pupuk di desa Manjapai mengaku ironis, lantaran banyak petani yang keluar membeli pupuk, karena tidak pernah diumumkan kalau ada pupuk di kelompok tani.

Kepala Desa Manjapai saat ditemui terkait pupuk dijual secara terselubung oleh kelompok tani, belum berhasil di konfirmasi dan juga dg Ngesa selaku agen di desa manjapai. (Arsyad Sijaya).

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post PKBM Al Hijrah Bojong Picung Cianjur Tingkatkan Penghapalan Al Qur’an
Next post Tiga tahun SK-HD Pimpin kabupaten Takalar, Penuh dengan Perubahan Nyata?