Perbedaan Desa Mandiri dengan Tidak Mandiri

Pelalawan, RBO – Sesuai informasi yang dirangkum melalui Kepala Dinas Pemerintahan Masyarakat Desa, Novi menyampaikan di ruang kerjanya (3/1/2024), bahwa Desa mandiri itu indeks desa membangun sangat tinggi itu sederhananya.

Dijelaskan, Desa itu adalah mandiri ada maju ada berkembang, ada tertinggal dan sangat tertinggal. Sejak tahun 2019/2020 tertinggal dan sangat tertinggal di Kabupaten Pelalawan tidak ada tinggal berkembang tujuh.

“Tinggal pula maju tiga puluh lima mandiri naik menjadi enam puluh dua dari 33 menjadi 62, indeks tahun 2023, penghargaannya belum di terima, tahun 2022 sudah di terima,” kata Novi.

Mandiri itu indek Desa membangunnya akumulasinya dari indek ketahanan sosial, indek ketahanan lingkungan, indek ketahanan ekonominya bagus yang menilai kementerian misal, sosial bagus, sosial masyarakat tertip aman.

Menurutnya, keamanannya begitu bagus, ada perbankan misal, ada sifat pinjam ada Bumdesnya, akses keungan ada, BRI nya ada, penunjang pasar, lingkungan tertata dengan baik, kebersihan lingkungan, penghijauan daerah sungainya bagus dinilai.

Apabila akumulasi tiganya nilainya jadi itulah indek desa membangun bagus itulah status mandiri, apa yang dia dapat kalau dia mandiri, pertama penyaluran dana desanya.

“Lalu desa lain itu tiga termen yang pertama 40 persen yang kedua 40 persen dan yang ketiga 20 persen, kalau desa mandiri dua kali saja yang pertama 60 persen yang kedua 40 persen,” terangnya.

Kata Novi, Tahun 2024 ini dana desa untuk mandiri boleh mereka gunakan 10 persen untuk membangun ibadah boleh memperbaiki kantor desa, boleh memperbaiki gedung serba guna atau balai desa, untuk hak itu di berikan pada desa desa mandiri.

Desa non mandiri status maju dan berkembang tidak boleh menggunakan dana desa untuk kantor, rumah ibadah, bagaimana cara untuk mandiri, harus menata lingkungan, menata ekonominya, sosialnya tertib, siskamlingnya ada.

Dana desa yang terbesar adalah desa Merbau Rp1milyar 700 juta, untuk tahun 2023 di kabupaten Pelalawan yang paling terkecil desa yang menerima DD Rp 672 juta. (Toman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *