Bantaeng, RB.co.id – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) kini menggagas Asesmen Nasional.
Rencananya, hal baru dalam dunia pendidikan ini bakal diterapkan tahun 2021 mendatang. Tahun dihapusnya Ujian Nasional (UN).
Lalu apakah Asesmen Nasional ini menjadi pengganti UN? Rupanya tidak. Tidak hanya nama yang beda, tapi juga mekanismenya.
Koordinator Asesmen Nasional Wilayah V Bantaeng, H Farid Alfahri Fahruddin menyebut Asesmen Nasional bukan program pengujian seperti UN.
Bukan juga seleksi untuk mendapat tiket kelulusan agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
“Asesmen itu perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan untuk perbaikan proses pembelajaran, bukan pengganti UN,” jelasnya, dihadapan perwakilan pelajar SMA/SMK sederajat Bantaeng, di Aula SMAN 4 Bantaeng, Jl Merpati, Kecamatan Bantaeng, Minggu (22/11/2020).
Lebih lanjut, pria kelahiran Kabupaten Gowa, Sulsel itu menjelaskan bahwa ada banyak hal yang menjadi pembeda antara UN dan Asesmen Nasional.
Jika merujuk pada proses UN. Tahapan ini menguji siswa secara individu. Tetapi tidak dengan Asesmen Nasional.
Peserta Asesmen Nasional hanya dipilih secara acak. Dengan pertimbangan letak geografis, kemampuan ekonomi yang merujuk pada Dapodik dan dilakukan secara terpusat.
Tingkat kesulitan soal-soal pun bakal disajikan dengan grade lebih rendah dari UN. Dengan sejumlah opsi soal. Tidak monoton seperti UN yang hanya menyajikan soal-soal pilihan ganda.
“Soalnya tidak sama dengan UN yang hanya pilihan ganda dan memberi opsi salah dan benar pada tiap jawaban. Tapi dia disajikan lebih variatif, seperti mengisi kalimat kosong pada pernyataan. Lalu mengisinya dengan kata yang paling tepat,” jelas guru SMAN 4 Bantaeng itu.
Perbedaan mendasar lain antara UN dan AN adalah sasaran. UN menyasar pelajar jenjang akhir. Sedangkan Asesmen menyasar mereka yang satu tingkat dibawah jenjang akhir.
Sasaran untuk pelajar SD adalah mereka yang kelas V, SMP kelas VIII dan SMA kelas XI. Sebab Asesmen akan menjadi bahan evaluasi peningkatan model pembelajaran bagi pelajar akhir jenjang.
Pria bergelar Magister Pendidikan itu pun secara sederhana menggambarkan bahwa kunci utama Asesmen Nasional adalah literasi.
Literasi dimaksud yakni literasi Budaya, lingkungan sekolah dan literasi numerik. Sehingga kemampuan literasi siswa menjadi penting untuk ditingkatkan.
“Beruntunglah anak-anakku yang hadir hari ini. Mengikuti kegiatan peningkatan kompetensi literasi siswa. Kita berharap ini mampu memberi penguatan literasi sebagai bekal kedepan,” tambahnya memuji kegiatan yang diselenggarakan organisasi profesi wartawan bernama Jurnalis Online Indonesia (JOIN) Bantaeng.
Sementara itu, Ketua DPD Join Bantaeng, Alimin DS sebagai penyelenggara kegiatan menyebut bahwa gerakan-gerakan literasi kini menjadi sebuah kebutuhan.
Baik masyarakat secara umum, terlebih bagi siswa yang akan menghadapi Assesmen Nasional. Sebab semakin meningkatnya kompetensi literasi, juga akan memberi dampak yang besar.
Sehingga pihaknya menggandeng UPT Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel Wilayah V, beserta MKKS SMA dan SMK di Bantaeng untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.
Hal ini dianggap sebagai sebuah upaya memberikan pengayaan kemampuan literasi kepada para siswa. Terkhusus dalam menghadapi Asesmen Nasional mendatang.
“Kegiatan seperti ini kami harapkan menjadi daya dorong untuk meningkatkan kompetensi pelajar terkait literasi,” pungkasnya.
Pihaknya menghadirkan sejumlah narasumber kompeten pada kegiatan tersebut. Untuk lebih meningkatkkan kemampan para pelajar. (Ali)