Siap Jadi Pionir Literasi Inklusif, 60 Desa di Sumedang Transformasi Perpustakaan

Sumedang, RBO – Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya melalui pengembangan literasi, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang mengambil langkah strategis untuk mentransformasi 60 perpustakaan di desa menjadi pusat pembelajaran berbasis inklusi sosial.

Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang,Hj. Tuti Ruswati menyampaikan, saat diundang menjadi narasumber dalam acara Pelatihan Pengembangan Literasi Berbasis Inklusi Sosial yang digelar Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sumedang, Gedung Perpustakaan Daerah, PPS, Kamis, (26/9/2024)

Sekda Tuti mengatakan, literasi inklusif tidak hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang bagaimana pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk memberdayakan masyarakat, terutama dalam mencapai tujuan Indonesia Emas 2045.

“Dengan memberikan pelatihan kepada perangkat desa, kita berharap setiap desa memiliki perpustakaan berkualitas yang mampu meningkatkan literasi masyarakat. Ini adalah langkah penting untuk meningkatkan daya saing dan wawasan generasi muda kita,” tegas Tuti.

Dikatakannya, meskipun tingkat literasi di Kabupaten Sumedang telah meningkat, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

Melalui program tersebut, diharapkan  minat baca masyarakat dapat tumbuh sehingga tercipta generasi yang lebih cerdas dan berdaya saing.

“Tingkat literasi di Sumedang naik dari 40 persen menjadi 60 persen.

Tentunya ini masih jauh dari harapan. Kita berikhtiar melakukan pelatihan -pelatihan. Mudah-mudahan pelatihan ini tidak hanya sampai di sini. Kita buat _agent of change_ dari 60 peserta dari desa ini bisa menyebarkan dan memberikan transfer _knowledge_ kepada lingkungannya,” katanya.

Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sumedang, Hari Tri Santosa, menambahkan, program transformasi perpustakaan bertujuan untuk memperkuat peran perpustakaan sebagai pusat pembelajaran bagi seluruh lapisan masyarakat.

“Kami optimistis bahwa dengan dukungan anggaran dari APBDes dan bantuan buku serta fasilitas, perpustakaan desa dapat menjadi tempat yang nyaman dan menarik bagi masyarakat untuk belajar dan mengembangkan diri,” ujarnya. (Nbbn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *