Memetik Buah Ramadhan

Ramadhan telah meninggalkan kita. Di bulan penuh berkah ini kita umat Islam telah ditempa dan dilatih secara intensip untuk menjadi orang baik. Berbagai amal ibadah dilaksanakan, baik ibadah ‘mahdhah’ seperti puasa,shalat, baca Al-Quran, dzikir dan lainnya, maupun ‘ibadah sosial’ seperti sedekah, silaturahim, zakat, infaq, dan lainnya.

Untuk itu, pasca Ramadhan ini diharapkan kita bisa menjadi orang shalih, baik ‘shalih- individual’ maupun ‘shalih-sosial’, sehingga benar-benar berproses menjadi ‘insan muttaqiin’, manusia yang bertakwa kepada Allah swt.

Dan takwa inilah misi puasa Ramadhan sebagaimana firman Allah swt :
يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 183)

Takwa Buah Ramadhan

Kata takwa atau taqwa berasal dari kata waqâ, yang berarti melindungi. Yaitu, untuk melindungi diri dari murka dan azab Allah subhanahu wa ta’ala. Caranya dengan menjalankan perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah pengertian takwa.

Takwa adalah capaian tertinggi Ramadhan. Dan ketakwaan inilah yang menentukan derajat kita di sisi Allah.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” (TQS al-Hujurat [49]: 13).

Sudahkah dengan upaya kita mendekatkan diri kepada Allah selama bulan Ramadan, telah menjadikan kita muslim yang bertakwa pasca bulan Ramadan, di 11 bulan lainnya? Yang dahulu suka bermaksiat, kini sudah bertobat. Yang beriman, semakin dekat lagi kepada Allah.

Yang dulu angkuh dan sombong, kini sudah menyadari bahwa angkuh dan sombong itu sikap tercela yang sangat dilarang dalam Islam bahkan ancamannyapun gak main-main ‘tak bakalan masuk surga’ (hadits).

Yang dulu pelit dan bakhil, kini sudah dermawan. Peduli dan hormat kepada orang tua dan kerabat. Peduli dengan anak yatim dan orang miskin dan dhu’afa yang hidupnya ‘senin-kamis’ yang sangat membutuhkan uluran tangan dari kita yang mampu untuk bersedekah kepada mereka.

Pahala sedekah inilah yang Allah perlihatkan sejak di alam barzakh. Tak heran, banyak mereka yang sudah di alam kubur itu menyesal dan ingin balik lagi kedunia walau sebentar untuk bersedekah dan menjadi orang salih.(Baca QS. Al-Munafiqun: 10 ).

Dan semoga pasca Ramadhan, kita umat Islam tambah semangat untuk beribadah. Shalat di awal waktu dan berjamaah. Rajin shalat sunnah, puasa sunnah, tekun baca shalawat nabi, tekun ngaji dan mengkaji kitab suci Al-Quran. Punya rasa ‘ghirah’ yang tinggi untuk berdakwah dan beramar makruf nahi munkar. Demi kemuliaan Islam dan umat Islam.

Takwa itu Bukan Musiman

Agar kita benar-benar menjadi ‘insan muttaqiin’ tentu kita dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya bukan hanya di bulan Ramadhan, tapi juga di luar Ramadhan. Takwa itu tidak musiman. Karena ibadah yang paling disukai Allah adalah amal ibadah yang istiqomah terus-menerus walau sedikit (H.R.Al-Bukhari).

Terkait itu, ada seorang Ulama Salaf,Bisyr Al-Hafi mengingatkan :

ﺑﺌﺲ ﺍﻟﻘﻮﻡ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻻ ﻳﻌﺮﻓﻮﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻻ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ. ان الصالح الذي يتعبد ويجتهد السنة كلها. (لطاءؤ المعارف )
“Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang tidak mengenal Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan saja.” “Sesungguhnya orang shalih itu beribadah dan bersungguh-sungguh semua bulan”.

Dimanapun kita berada, dan kapanpun kita hidup, Rasulullah saw menuruh kita untuk bertakwa kepada Allah swt :

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: “اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ”
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ‘Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik maka itu akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.'” (HR. Tirmidzi)

Buah takwa inilah yang akan kita bawa mati di alam barzakh hingga kita dibangkitkan di yaumil akhir.
Wallahu a’lam

Kuala Tungkal, 4 Syawal 1445 H.

Penulis: Abd.Mukti
Pemerhati Kehidupan Beragama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *