EMPAT LAWANG, RB.Online – Viralnya pemberitaan tentang ambruknya jembatan Air Bayau di kecamatan Lintang Kanan kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan karena banjir diragukan oleh masyarakat setempat.
Seperti yang diutarakan Muhammad warga Lubuk Tapang. Ia menyebut, ambruknya jembatan bukan karena banjir, karena dulu sempat banjir tapi tak menyebabkan ambruk.
“Kalau ambruknya jembatan ini bukan karena banjir, kami para warga yakin bukan karena banjir, dulu juga pernah banjir lebih dari ini besarnya tapi tidak sampai merusak jembatan yang ada,” ucap Muhammad saat ditemui di rumahnya, Sabtu, (10/04/2021) sekira pukul 09:00 WIB.
Ditanya kenapa jembatan ini bisa roboh?, dengan tegas dan semangat Muhammad yang panggilan kesehariannya Mamad menjelaskan, ambruknya jembatan ini karena adanya pembangunan normalisasi.
Kenapa bisa demikian?, Ini Mamalad menyebut, semua dikarenakan oleh pengerukan batu untuk matrial Normalisasi diambil sampai ke bawah jembatan, yang memakai alat berst berupa Eksavator dan ini kami masyarakat disekitar sini pernah menyampaikan kepada operatornya.
“Pak, apakah tidak berpengaruh kepada ketahanan jembatan, nanti jembatan ini roboh, dan operator menjawab saya hanya kerja pak, kalau itu bukan urusan saya pak,” demikian Mamad mengutip ceritanya waktu itu.
“Apa yang terjadi ketika malam tanggal 3 lalu hujan deras dan jam 03:45 dini hari benar jrmbatan ini ambruk dan tuk ketika itu jalan sedang sepih, seandaunya itu siang hari pasti ada orang yang jadi korban,” tanbah Mamad.
Lain halnya dengan Sandri, SE, seorang aktivis empat lawang menuturkan, ini bukan musibah bencana alam murni, karena apa? masyarakat sudah tau semua kalau batu pasir penahan tiang jembatan air bayau ini sudah habis dikeruk diambil dijadikan matrian normalisasi air bayau ini.
“Baik dari hulu jembatan maupun yang ada di hilir jembatan semua sudah dikerok oleh pelaksana pembangunan proyek Normalisasi diakhir tahun 2020 lalu,” tegas Sandri.
“Kalau semua pengusaha yang menjadi rekanan seperti ini maka semua proyek di kabupatrn empat lawang akan hancur, berujung penderitaan bagi rakyat kecil,” sambungnya.
Dalam menyikapi runtuhnya jembatan Air Bayau Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan, yang terjadi tanggal. 3 April 2021 pukul: 03:45 wib dini hari.
Liza Iskandar angkat bicara, setelah ia melakukan investigasi kelapangan menemui benerapa warga di sekitar jembatan akhirnya menemukan permasalahan yang sebenarnya, dapat dipastikan ambruknya jembatan tersebut 75% bukan oleh banjir yang dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi sebelumnya.
“Talapi ambruknya jembatan tersebut dikarenakan orang dari dinas PUPR tidak pro-aktiv memantau pekerjaan dilapangan, dapat dikatakan mereka hanya menerima laporan saja, apalagi ada informasi dari masyarakat kalau proyek Normalisasi ini milik anggota DPRD empat lawang,” ujar Liza.
Lebih lanjut ia mengatakan, di tahun 2021 ini sudah dua jembatan yang ambruk terkesan bencana alam, banjir dan lain sebagainya, tapi kalau diperhatikan semua berawal dari Perencanaan yang kurang sempurna, petugas dari Dinas PUPR yang tidak Pro-aktiv dalam pengawasan proyek yang sedang berlangsung, yang diduga hanya sekedar menerima laporan saja.
Dalam waktu hitungan hari kedepan LSM BPPK-RI Kabupaten Empat Lawang akan berangkat ke Jakarta untuk menyerahkan laporan ke KPR-RI, Kejagung, Kapolri dan DPR-RI, berharap pihak yang menerima laporan tentang ambruknya jembatan ini segera memanggil, mengusut dan mengadili.
“Harus diusut itu PPTK Perencana, PPTK Tehnis, Kadis PUPR serta REKANAN sebagai pelaksana Normalisasi yang diduga penyebab jembatan ambruk,” tandas Liz dengan penuh semangat saat berkunjung ke kediamann wartawan RB minggu, 11 April 2021 sekira pukul: 14:45 wib. (Habib).