Bandung, RBO – Pengaruh positif hingga eksistensi dari bahan bacaan yang berkualitas untuk masyarakat menjadi bahasan khusus oleh organisasi profesi Jurnalis Independen Bersatu dalam rangka memperingati Hari Aksara Internasional 2024.
Kepala Pusat Pengembangan Media Massa Organisasi Profesi Jurnalis Independen Bersatu, Dwi Arifin menyampaikan pada Hari Aksara Internasional atau Literasi Dunia yang diperingati setiap 8 September 2024.
Organisasi profesi Jurnalis Independen Bersatu tahun ini berupaya membuat rumusan untuk menghasilkan bahan bacaan yang berkualitas. Ada sekitar 7 perwakilan jurnalis / penulis dari Jakarta, Jabar dan Jateng yang terpilih untuk berpartisipasi merumuskan bahan bacaan berkualitas.
“Sejak dahulu hingga sekarang, masyarakat tetap butuh media massa atau bahan bacaan untuk memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan atau tambahan informasi untuk melengkapi aktivitas kehidupannya. Dari sisi lain, media massa tidak akan hidup, tanpa dukungan keminatan membaca di masyarakat.
Maka dengan adanya rumusan tentang bahan bacaan berkualitas, diharapkan bahan bacaan semakin diminati oleh masyarakat luas atau masyarakat mendapatkan sesuatu terbaik dari apa yang dicari dalam setiap lembaran bahan bacaan yang dibeli hingga dibacanya”jelasnya kepada media cetak dan online melalui keterangan tertulisnya dari kantor sekretariat di Jl Antara 7 RT 2 RW 3 Komplek Wartawan Baleendah Kabupaten Bandung melalui jaringan komunikasi 08989808384 / E-mail: Jurnalisindependenbersatu@gmail.com pada 7 September 2024.
Informasi yang dihimpun jurnalisindependenbersatu.com, Presiden Komunitas Jurnalis Berhijab, Salsabila Alkatiri S.I.Kom menjelaskan bahwa bahan bacaan berkualitas, khususnya media massa ialah karya jurnalistik yang berdasarkan kode etik jurnalistik sebagai panduannya. Karya jurnalistik yang melalui tahapan didiskusikan sesama satu profesi hingga dievaluasi sebelum dikonsumsi publik.
Dalam prosesnya untuk menghasilkan karya jurnalistik berkualitas, dimulai dengan pengumpulan data dan verifikasi beberapa langkah. Pertama observasi dan riset data sebelum terjun ke lapangan.
Lanjut wawancara dengan narasumber yang relevan dan terpercaya. Dilanjutkan verifikasi informasi dari berbagai sumber, baik dari media online atau cross check kabar dari sosial media.
Serta analisis penulisan, setelah mengumpulkan informasi.
Perihal menentukan klasifikasi narasumber terbaik yang dibutuhkan ialah dengan cara menganalisa jabatan narasumber.
Langsung menuju kepada tingkat atas atau narasumber pimpinan lembaga dan instansi terkait dengan isu pemberitaan. Narasumber yang memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya atau Narasumber yang memiliki pengalaman dan reputasi yang baik.
Setiap karya jurnalistik yang dihasilkan harus memiliki obyektitas, terus menjaga netralitas dan berimbang dalam menyajikan karya dari berbagai sudut pandang. Serta memberikan gambaran yang lengkap terhadap isu yang disajikan, sesuai dengan fakta di lapangan.
Menurutnya agar media massa dapat lebih dipercaya dari pada media sosial. Setiap jurnalis harus selalu menjaga dan meningkatkan kualitas karya jurnalistik. Menampilkan program yang lebih interaktif atau menjadi ciri khas masing-masing media massa. Misalnya jurnalisme investigatif. Serta mengikuti perkembangan teknologi dan digitalisasi, sehingga media massa tidak ketinggalan jaman.
Salsabila Alkatiri S.I.Kom menceritakan setelah kemerdekaan, saat ini media berperan sebagai alat pembangunan dalam berbagai sektor. Media massa berperan sebagai kontrol pemerintahan dengan adanya kebebasan pers atau Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers / Media Massa.
Kini di era digitalisasi, media tumbuh dengan subur dan cenderung sulit dikendalikan. Maka tugas media massa saat ini bertambah untuk memerangi hoax, bukan ikut-ikutan menyebarkan hoax. Sebagai perpanjangan suara rakyat kepada pemerintah atau instrumen pembangunan nasional dan demokrasi.
Dr. Asep Tapip Yani Dosen Pascasarjana UMIBA Jakarta mengungkapkan menulis bukan pekerjaan iseng. Maka menulis perlu amunisi yang cukup, sehingga sasaran penulisan bisa optimal. Bila amunisi kurang, maka tulisan menjadi cawerang.
Amunisi itu paling tidak berupa asupan bacaan. Karena apa yang kita tulis adalah apa yang kita baca. Seberapa kreatif kita menulis adalah hasil seberapa kreatif kita membaca.
Terus menerus membaca adalah proses utama yang menjadi prasyarat menulis hingga menghasilkan bahan bacaan berkualitas. Membaca bahan bacaan secara verbal berupa karya tulis terkini atau membaca fenomena dan peristiwa yang terjadi di masyarakat, menjadi bagian kebiasaan dari kepenulisan.
Menjadikan fenomena dan peristiwa sebagai ide tulisan, sehingga bacaan yang dihasilkan menjadi kontekstual dan up to date. Menggali ide dari pemikiran dan hasil kontemplasi diri juga sering menjadi awalan penulisan. Sehingga bahan bacaan menjadi informasi baru dan lontaran gagasan penulis untuk direferensi dan diresensi pembaca.
Menurutnya bahan bacaan bagi publik baca akan beragam pengaruhnya. Bila bahan bacaan adalah ide atau gagasan baru yang menginspirasi, dia akan menjadi informasi positif yang akan menguatkan pembaca menggunakan atau melakukan gagasan tersebut.
Pengaruh lainnya adalah memperkaya referensi bagi para pembacanya. Dan juga bisa menjadi bekal pembaca untuk melakukan tindakan atau menyelesaikan masalah yang menjadi tanggungjawabnya.
Dr. Ida Rohayani M.Pd Penulis Buku Pancasila / Ketua Umum Perkumpulan Pendidik Pancasila & Civics menyatakan bahan bacaan yang berkualitas berupa: buku dan teori yang mutakhir serta dapat dipercaya, sejarah yang memiliki nilai keabsahan fakta dan data, jurnal hasil penelitian yang mumpuni secara teori dan kontekstual. Intinya sumber tulisan harus teruji keshahihan agar tidak membuat kegaduhan.
Untuk menghasilkan bahan bacaan yang berkualitas di antaranya sang penulis harus mampu mengembangkan teori menjadi praksis, data dan fakta dapat dipertanggung jawabkan. Selalu memutakhirkan dengan kontekstual peristiwa, up date dengan perkembangan zaman, gunakan etika penulisan. Tidak plagiat dan selalu melakukan turnitin untuk menjaga plagiarisme. Tidak melibatkan unsur SARA yang dapat memprovokasi masyarakat dan menimbulkan ekskalasi konflik.
Selama ini pengaruh bahan bacaan bagi publik baca atau masyarakat dapat memberikan pengetahuan tentang civic literacy yakni mencerdaskan warga negara tentang kedudukan dan peran mereka untuk dirinya, keluarga, masyarakat dan lebih jauh untuk bangsa dan negara.
Dr. Dudung Nurullah Koswara, M.Pd, Ketua FKKS 69 Jawa Barat atau Forum Komunikasi Kepala Sekolah SMA, SMK dan SLB Jawa Barat / Penulis Terproduktif halaman pendidikan di Koran Sinar Pagi menilai pentingnya ada paradigma yang edukatif & menginformasi, serta memahami fenomena aktual dan bacaan yang bernutrisi dari sejumlah pakar dalam bahan bacaan. Sebab tanpa bahan bacaan, masyarakat baca jadi tunaliteret, melahirkan masyarakat sumbu pendek.
Ayu Ni Pembayun S.I.Kom, penulis berita di Pranata Humas Pemerintah Kabupaten Banyumas Jawa Tengah mengucapkan bahwa bahan bacaan berkualitas ialah yang sesuai dengan fakta dilapangan, disajikan dengan tulisan yang mudah dibaca oleh orang awam hingga penikmat bacaan.
Untuk meningkatkan kualitas bahan bacaan, hal-hal yang biasa dilakukan adalah dengan banyak berdiskusi dengan teman-teman wartawan, serta senior di kehumasan yang lebih banyak memiliki pengalaman dalam penulisan berita.
Dengan banyak berdiskusi acap kali mendapatkan banyak kritik dan masukan yang tentunya akan menambah kualitas tulisan.
Selain itu, membaca berita di surat kabar harian langganan kantor. Dengan banyak membaca, hal tersebut dapat menjadi salah satu referensi memperkaya tabungan kata dalam penulisan berita.
Menurutnya bahan bacaan itu penting dan cukup berpengaruh untuk publik baca maupun masyarakat. Tentunya dalam pengetahuan, bahkan penggiringan opini publik.
Yani Setiani S.Pd, Penulis Puisi / Guru Bahasa Indonesia dari SMK Negeri di Kota Bandung menyampaikan perihal bahan bacaan yang berkualitas, jelas yang utama adalah harus berketuhanan yang maha esa. Bacaan yang tidak menyalahi aturan agama, beradab, mengangkat nilai-nilai positif baik di bidang IPTEK, ilmu, kebudayaan atau kehidupan kekinian, tapi tidak melanggar iman manusia.
Untuk menghasilkan puisi atau karya tulis lainnya yang seperti itu. Perlu banyak baca bahan sebagai referensi, melakukan perenungan, menghubungkan dengan pengalaman hidup.
Kalau dicermati bahan bacaan berpengaruh kepada masyarakat atau bisa menambah wawasan dan pengetahuan, jika yang dibacanya bertema keilmuan non fiksi, kalau yang non fiksi bisa menumbuhkan bentuk apresiasi bagi buku yang dibacanya. Keinginan-keinginan yang terendap bisa disalurkan jika membaca bacaan.