Enam Puluh Tahun Shalatnya Tidak Diterima 

Penulis: Abd.Mukti

Pemerhati Kehidupan Beragama

Sebagai Muslim tentu sudah tahu bahwa shalat merupakan ibadah yang paling resmi di dalam Islam. Shalat sebagai barometer diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang, seharusnya menjadi perhatian ekstra dari kita.

Tapi sayang tidak sedikit dari umat Islam yang shalatnya acak-acakan, terburu-buru, tidak khusuk dan bahkan tidak thuma’ninah.

Terkait shalatnya orang yg tidak thuma’ninah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, bersabda :

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُصَلِّي سِتِّينَ سَنَةً مَا تُقْبَلُ لَهُ صَلَاةٌ، لَعَلَّهُ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَلَا يُتِمُّ السُّجُودَ، وَيُتِمُّ السُّجُودَ وَلَا يُتِمُّ الرُّكُوعَ

“Sesungguhnya ada seseorang yang shalat selama 60 tahun, namun tidak diterima (oleh Allah) amalan shalatnya selama itu walau satu shalatpun. Boleh jadi (sebabnya) dia sempurnakan ruku’-nya tetapi sujudnya kurang sempurna, demikian pula sebaliknya” (Hadis Hasan, riwayat Ibn Abi Syaibah dari Abu Hurairah RA, Shahih al-Targhib, no. 596).

Dalam hadits lain, Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- juga bersabda,

أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلَاتِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلَاتِهِ قَالَ لاَ يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلاَ سُجُودَهَا أَوْ قَالَ لاَ يُقِيمُ صُلْبَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ

“Manusia paling buruk pencuriannya adalah orang yang mencuri dari shalat”. Mereka (para sahabat) berkata, “Bagaimana ia mencuri shalatnya?” Beliau bersabda, “Dia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya”, atau beliau bersabda, “Dia tidak meluruskan punggungnya ketika ruku’ dan sujud”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (5/310). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 885)]

Pada suatu hari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam melihat seseorang sedang shalat dengan gerakan yang cepat, tanpa menyempurnakan posisi sujud dan ruku’-nya, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ هَذِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 

(Kalau dia mati dalam kondisi shalat model begini, maka dia mati bukan di atas (petunjuk) agama Muhammad SAW-HR. Ibnu Abi Syaibah, At-Thabrany, dll. Shahih al-Targhib no. 528)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah menyuruh seorang laki-laki mengulangi shalatnya sampai 3 x karena tidak sempurna dalam ruku’ dan sujudnya, sampai laki-laki itu berkata: “ Demi Dzat yang mengutus anda dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari shalat seperti ini, maka ajarilah aku.

Beliau pun bersabda: “Jika kamu berdiri untuk shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al Qur’an. Kemudian ruku’-lah hingga benar-benar thuma’ninah (tenang/mapan) dalam ruku’, lalu bangkitlah (dari ruku’) hingga kamu berdiri tegak (lurus), kemudian sujudlah sampai engkau thuma’ninah dalam sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga thuma’ninah dalam keadaan dudukmu. Kemudian lakukanlah semua itu di seluruh shalat (rakaat) mu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hal ini diperkuat oleh hadis Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam,

لاَ تُجْزِئُ صَلَاةُ الرَّجُلِ حَتَّى يُقِيمَ ظَهْرَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ

“Tak sah sholat seseorang sampai ia meluruskan punggungnya dalam ruku’ dan sujud”. [HR. Ahmad (4/122), Abu Dawud (855), At-Tirmidziy, dll. Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (no. 7224 & 7225)

 Imam Ahmad bin Hambal menyatakan dalam risalahnya : Terdapat riwayat dari al-Bashri bahwa ia berkata :

 التسبيح التام سبع والوسط خمس 

 وادناه ثلا ث

  

Tasbih yang sempurna itu tujuh, pertengahan itu lima dan yang paling sedikit itu tiga” (Baca 99 Tanya Jawab Seputar Shalat oleh Ustadz Abdul Shomad).

Insya Allah jika ruku’ kita baca tasbih ” سبحان ربي العظيم  tiga kali, sudah thuma’ninah; dan jika sujud baca tasbih :  سبحان ربي الاعلى  tiga kali insya Allah sudah thuma’ninah sebagai salah satu rukun dalam shalat.

Ayo,kita laksanakan shalat dengan sebaik-baiknya. Karena ketika kita shalat sejatinya kita sedang bermunajat dengan Allah Ta’ala, jangan sampai kita shalat dari kecil hingga tua 60 tahun, shalatnya ‘acak-acakan’ seperti ayam yang sedang ‘mematuk’ makanannya.

Kalau demikian halnya kita akan menjadi orang yang merugi. Na’udzubillahi mindzalik. Dan,tentu saja kita harus rajin-rajin belajar tentang shalat yang baik sesuai tuntunan Sunnah Rasulullah Saw.

Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *