Anak Cucu Batin Sulung Klarifikasi Sejarah Penguasaan Lahan: “Kami Hanya Ambil Hasil Alam, Bukan Merambah”

0 0
Read Time:1 Minute, 39 Second

PELALAWAN, RBO – Menyikapi isu dan tudingan yang berkembang terkait penerbitan Surat Keterangan Tanah (SKT) di kawasan hutan lindung Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, cucu dari Batin Sulung, Yusri Aldi, angkat bicara. Ia memberikan klarifikasi tertulis tentang riwayat penguasaan lahan yang kini menjadi polemik.

Yusri Aldi mengaku kakek buyutnya H Batin Sulung merupakan tokoh adat setempat, pada tahun 1978 sebelum adanya penetapan kawasan hutan oleh pemerintah, keluarganya sudah memanfaatkannya untuk kehidupan secara turun temurun.

“Sampai tahun 1996, kakek buyut kami, haji Batin Sulung sudah mengelola lahan itu untuk kehidupan,” terang Yusri Aldi, Jumat (11/7/2025)

Setelah itu, lahan yang semulanya semak belukar kemudian di ambil oleh anak perusahaan Indah Kiat sebagai bagian dari konsesi hutan industri milik PT Arara Abadi.

Namun, tanaman kehidupan yang sudah bertahun tahun tumbuh di lahan itu, yang menjadi peninggalan sang kakek Buyut dimanfaatkan. Anak cucu untuk mengambil hasilnya berupa buah dan madu dari lebah yang bersarang di batang sialang.

“Kami, anak cucu Batin Sulung saat ini, hanya mengambil hasil alam dari lahan tersebut, seperti madu sialang, asam kandis, mangkuluwang, serta tumbuhan liar seperti rambutan, durian kampung, cempedak, kencung, dan rotan,” kata Yusri Aldi.

Ia juga menyebutkan secara rinci tanaman yang telah ditanam oleh almarhum Batin Sulung pada tahun 1978, antara lain Rambutan sebanyak 11 batang, Asam Kanoi 1 batang, Durian kampung 2 batang, Cempedak, kencung, dan bambu.

Yusri menegaskan, aktivitas mereka bukan perambahan atau perusakan kawasan hutan, melainkan sebatas mengambil dan memelihara tanaman hasil alam yang telah ada sejak puluhan tahun silam.

Hal ini, menurutnya, penting untuk diluruskan agar masyarakat tidak salah paham dan agar tudingan tidak menyasar pihak yang tidak bersalah.

Sebagai masyarakat desa yang berada di tepian hutan, Yusri mengaku sebagai masyarakat di desa menggantungkan hidup dari hasil hutan seperti madu dan buah hutan. Tak ada aktivitas merubah fungsi hutan apalagi menjadikannya sebagai lahan sawit.

“Tidak ada aktivitas kami menebang hutan, atau merubahnya jadi kebun sawit. Yang kami lakukan adalah pelestarian hasil alam tradisional yang diwariskan sejak zaman leluhur,” tegas Yusri. (Sur)

About Post Author

redi setiawan

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *