Dapur Budaya Sunda Rancage: Menjaga Tradisi Lewat Totopong Kasumedangan

Read Time:1 Minute, 53 Second
https://www.profitablecpmrate.com/ki4sf672yj?key=11d19e0ce7111b57c69b1b76cd2593c6

Sumedang, RBO – Di tengah arus modernisasi Muhamad Andi Lesmana (41) tetap teguh melestarikan warisan budaya Sunda.

Ya, melalui Dapur Budaya Sunda Rancage yang ia dirikan di Dusun Cibitung, Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara.

Sejak 2016 ia dan timnya terus memproduksi Totopong (ikat kepala khas Sunda) dengan berbagai model dan filosofi mendalam.

Model dari totopongnya antara lain Mahkuta Wangsa, Totopong Merak Ngibing, Totopong Candra Sumirat, Totopong Buaya Ngangsar, hingga Totopong Bali.

Dengan harga berkisar antara Rp15.000 hingga Rp125.000, produk Totopong Andri tidak hanya laku di Sumedang dan Jawa Barat, tetapi juga telah merambah ke luar daerah, termasuk Palembang.

“Awalnya, kami ingin mentransformasi iket Sunda yang sering kali dianggap sulit dikenakan. Maka lahir berbagai jenis Totopong yang lebih praktis, tetapi tetap mempertahankan nilai estetika dan filosofinya,” ujar Andi saat diwawancara, Jum’at (14/2/2025).

Salah satu karyanya yaitu Totopong Merak Ngibing, terinspirasi dari salah satu ikon Kasumedangan, di mana merak melambangkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.

Andi mengatakan, berbekal mesin jahit bantuan dari Disperindag pada tahun 2017-2018, Andi dan timnya terus berinovasi. Namun, keterbatasan alat masih menjadi kendala dalam meningkatkan produksi.

“Saat ini, ada tiga hingga empat orang warga sekitar yang diberdayakan dalam produksi Totopong, dari yang awalnya tidak memiliki keterampilan menjahit kini mampu menghasilkan produk berkualitas,” ujarnya.

Dikatakannya, Totopong hasil produksi Dapur Budaya Rancage telah menarik perhatian banyak tokoh, termasuk Dedi Mulyadi, Herman Suryatman, hingga pejabat seperti Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, dan Tito Karnavian.

Bahkan, pada 2020, mereka mendapat pesanan khusus 1.000 totopong dalam waktu seminggu dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Lebih dari sekadar bisnis, Dapur Budaya Sunda Rancage ingin menjadikan Totopong sebagai bagian dari identitas masyarakat Sumedang.

Salah satu langkah yang diusulkan adalah mewajibkan pakaian adat, termasuk Totopong, sebagai seragam resmi di sekolah-sekolah melalui kebijakan pemerintah.

“Banyak daerah lain bangga dengan motif mereka sendiri, seperti Mega Mendung dari Cirebon. Sumedang juga punya banyak motif khas yang bisa dikembangkan, dan kami ingin itu menjadi kebanggaan bersama,” kata Andi.

Dengan semangat pelestarian budaya, Dapur Budaya Sunda Rancage terus berinovasi, tidak hanya dalam produk Totopong, tetapi juga dalam pengembangan ragam hias khas Sumedang untuk diaplikasikan pada batik dan seragam sekolah.

“Kami berharap, suatu saat, pemerintah dapat lebih mendukung para pengrajin lokal agar budaya kita tetap lestari dan menjadi kebanggaan generasi mendatang,” ucapnya. (Nbbn)

About Post Author

redi setiawan

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Pj Bupati Sumedang jadi narasumber Rakornas Perpamsi Beri Perspektif Daerah
Next post Dandim 0610 Sumedang Ddampingi Danpos Ujungjaya 1009 Tomo Edukasi Poktan Penggunaan Pupuk Organik