Yuk Perbaiki Shalat Kita

Penulis : Abd.Mukti
Pemerhati Kehidupan Beragama

Shalat adalah ibadah yang paling Afdhal dalam Islam. Shalat juga sebagai barometer diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang. Sudah seharusnyalah menjadi perhatian ekstra dari umat Islam.

Tapi sayang, tidak sedikit umat Islam yang melaksanakan shalat terburu-terburu sehingga tidak khusyuk dan bahkan berpotensi tidak thuma’ninah shalatnya, padahal pada saat shalat itulah kita sedang berkomunikasi dengan Rabb Semesta Alam.

Saking cepatnya, sehingga kalau shalat nggak sampai 3 menit sudah selesai.Jika demikian halnya berarti saat shalat kurang begitu merasakan lezatnya ‘bermuwajahah’ dengan Allah Ta’ala.

Padahal jika kita shalat, apa yang dibaca baik itu ayat Al-Quran, doa maupun tasbih dan shalawat nabi dalam shalat itu lebih Afdhal dari pada kita membacanya diluar shalat.

Sayyidah Aisyah Radiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فى الصَّلاَةِ اَفْضَلُ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ فىِ غَيْرِ الصَّلاَةِ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فى غَيْرِ الصَّلاَةِ اَفْضَلُ مِنْ التَّسْبِيْحِ وَالتَّكْبِيْرِ التَّسْبِيْحُ اَفْضَلُ مِنَ الصَّدَقَةِ الصَّدَقَةُ اَفْضَلُ مِنَ الصَّوْمِ الصَّوْمُ مِنَ النَّارِ

Membaca Alquran di dalam shalat lebih utama dari pada di luar shalat, membaca Alquran diluar shalat lebih utama daripada tasbih dan takbir, tasbih lebih utama daripada sedekah, sedekah lebih utama daripada puasa, dan puasa adalah penghalang dari api neraka,” (HR. Baihaqi).

Hadits ini menerangkan keutamaan membaca Al-Quran, kalau dibaca saat shalat lebih utama dari pada membacanya diluar shalat.
Membaca Alquran di luar shalat itu lebih baik dari membaca tasbih, takbir, sedekah, dan puasa.

Namun membaca Alquran dalam shalat itu lebih dari sekedar itu keutamaannya. Oleh karena itu dalam kitab _Nashaih Ad-Diniyah,_ Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata:

مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَهُوَ قَائِمٌ فِى الصَّلَاةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ حَرْفٍ مِائَةَ حَسَنَةٍ وَمَنْ قَرَأَهُ وَهُوَ قَاعِدٌ فِى الصَّلَاةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ حَرْفٍ خَمْسُوْنَ حَسَنَةٍ وَمَنْ قَرَأَهُ خَارِجُ الصَّلَاةِ وَهُوَ عَلَى طَهَارَةٍ كَانَ لَهُ بِكُلِّ حَرْفٍ خَمْسُ وَعِشْرُوْنَ حَسَنَةً وَمَنْ قَرَأَهُ وَهُوَ عَلَى غَيْرِ طَهَارَةٍ كَانَ لَهُ بِكُل حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ

Barangsiapa membaca Al-Quran di dalam shalat dengan berdiri, maka ia akan mendapatkan 100 kebaikan dalam setiap hurufnya. Barangsiapa membaca Al-Qur’an di dalam shalat dengan duduk, maka ia akan mendapatkan 50 kebaikan dalam setiap hurufnya. Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an di luar shalat dalam keadaan suci (berwudhu), maka ia akan mendapatkan 25 kebaikan dalam setiap hurufnya. Barangsiapa membaca Al-Qur’an di luar shalat dalam keadaan tidak suci, maka ia akan mendapatkan 10 kebaikan dalam setiap hurufnya”.

Itulah keutamaan membaca Al-Quran didalam shalat. Begitu juga doa, bacaan dzikir tasbih, tahmid,takbir dalam shalat itu lebih Afdhal dibanding membacanya diluar shalat. Oleh karena itu saat shalat kita jangan tergesa-gesa sehingga ada bacaan shalat yang tidak sempat dibaca.

Khusyuk dalam Shalat

Agar kita benar-benar dapat merasakan ‘dzauq’ atau kenikmatan berkomunikasi dengan Allah SWT dalam shalat, tentu kita harus benar-benar khusyuk dalam shalat.

Ketahuilah, bahwa Allah Ta’ala memuji orang-orang yang khusyuk dalam shalat mereka, Allah SWT berfirman ;

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

(1) “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”
(2) “(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya” (Q S Al-mukminun).
Syaikh As-Sa’di rahimahullah menafsirkan ayat di atas (Al-Mu`minuun: 1-2),

والخشوع في الصلاة: هو حضور القلب بين يدي الله تعالى، مستحضرا لقربه، فيسكن لذلك قلبه، وتطمئن نفسه، وتسكن حركاته، ويقل التفاته، متأدبا بين يدي ربه، مستحضرا جميع ما يقوله ويفعله في صلاته، من أول صلاته إلى آخرها، فتنتفي بذلك الوساوس والأفكار الردية، وهذا روح الصلاة، والمقصود منها، وهو الذي يكتب للعبد، فالصلاة التي لا خشوع فيها ولا حضور قلب، وإن كانت مجزئة مثابا عليها، فإن الثواب على حسب ما يعقل القلب منها.

“Khusyuk dalam shalat adalah hadirnya hati (seorang hamba) di hadapan Allah Ta’ala, menghayati kedekatan dengan-Nya, hingga tentram hatinya karenanya, tenang jiwa dan gerakannya, tidak banyak mengingat sesuatu di luar urusan shalat, beradab di hadapan Rabb-nya, menghayati seluruh apa yang ia ucapkan dan lakukan dalam shalatnya, dari awal hingga selesai shalatnya, sehingga hilang was-was (bisikan syaitan) dan berbagai pikiran yang jelek.

Inilah ruh dan maksud shalat. Shalat yang seperti inilah yang ditulis pahalanya bagi seorang hamba. Jadi shalat yang tidak ada kekhusyukan dan tidak ada pula kehadiran hati -walaupun shalat seperti itu sah dan diberi pahala (pelakunya)- namun sesungguhnya pahala shalat itu sesuai dengan kehadiran hati di dalam mengerjakannya” (Tafsir As-Sa’di, hal. 637).

Jadi khusyuk dalam shalat itu ada dua yaitu khusyuk dalam hati dan khusyuk badannya.

Inilah khusyuk yang merupakan ruh dan maksud shalat. Namun, tidaklah bisa khusyuk anggota tubuh kita kecuali jika khusyuk hati kita, karena kekhusyukan hati adalah pokok/dasar kekhusyukan badan. Oleh karena itu, ketika seorang imam Tabi’in, Sa’id bin Musayyib rahimahullah melihat ada seseorang yang berbuat sia-sia dalam shalatnya, beliau berkata:

لو خشع قلب هذا لخشعت جوارحه

“Kalau seandainya hati orang ini khusyuk, tentulah akan khusyuk anggota tubuhnya” (Syarhus Sunnah (PDF): 3/261).

2. Perbaiki Bacaan-Bacaan Dalam Shalat

Agar shalatnya berkualitas, tentu bacaan-bacaan dalam shalat harus bagus sesuai qaidah tajwid. Baik bacaan yang hukumnya wajib seperti takbiratul ihram, Al-fatihah, tasyahud maupun ucapan salam; maupun bacaan shalat yang hukumnya sunnah seperti doa iftitah, surat atau ayat Al-Quran setelah Al-fatihah, bacaan tasbih saat rukuk dan sujud dan lainnya.

Makharijul hurufnya harus jelas. Jangan sampai misalnya huruf ‘ain’ tertukar huruf hamzah dalam membaca ‘rabbil ‘alamiin’. Kalau pakai huruf ‘ain’ artinya ‘Tuhan Semesta Alam’, sementara kalau pakai huruf Hamzah bermakna ‘Tuhan sumber penyakit’.

Contoh lainnya : dalam membaca _’ iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin’ _- ini huruf ya’ -nya harus bertasydid (double) yang artinya ‘: “Hanya kepada-Mu lah Kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah Kami meminta pertolongan.”

Jika ya’ nya tidak ditasydid berarti “Hanya kepada sinar matahari kami beribadah dan hanya kepada sinar matahari juga kami mohon pertolonganNa’udzubillahi mindzalik

Untuk itulah harus baik bacaannya. Kalau belum baik wajib belajar lagi dengan guru ngaji yang qiraahnya baik.

3. Semua bacaan harus dibaca.

Agar shalat kita berkualitas, hendaknya bacaan-bacaan didalam shalat dibaca dengan khusyuk dan tartil.Walau bacaan itu hukumnya sunnah.

Karena masih sering orang yang shalat terlalu cepat karena bacaan yang hukumnya sunnah tidak dibaca, antara lain doa iftitah setelah takbiratul ihram sebelum Al-fatihah. Bacaan tasbih dalam ruku’ dan sujud juga sering terlalu cepat bacaannya. Bacaan surat/ayat Alquran setelah Al-fatihah ditinggalkan, biasanya saat shalat sunnah atau shalat wajib ‘munfarid’.alias shalat tak berjamaah. Ini jelas mengurangi nilai ibadahnya.

Doa Iftitah

Sekedar untuk diketahui bahwa bacaan doa iftitah setelah takbiratul ihram itu ada yang pendek dan ada yang cukup panjang.
Bacaan doa iftitah yang pendek antara lain :

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiallahu’anhu, ia berkata:

بينما نحن نصلي مع رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ إذ قال رجل من القوم: … فذكره. فقال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” عجبت لها! فتحت لها أبواب السماء “. قال ابن عمر: فما تركتهن منذ سمعت رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول ذلك

Ketika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ada seorang lelaki yang berdoa iiftitah: (lalu disebutkan doa di atas). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Aku heran, dibukakan baginya pintu-pintu langit‘. Ibnu Umar pun berkata:’Aku tidak pernah meninggalkan doa ini sejak beliau berkata demikian’”.

Doa iftitah lainnya :

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ

“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin” (HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)

Doa ini adalah doa yang paling shahih diantara doa iftitah lainnya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).

Doa Iftitah pilihan madzhab Syafi’i :

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًامسلما وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ،

Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)”.

Berdasarkan riwayat dari Ahmad, Muslim dan At-Tarmidzi,dinyatakan Shahih oleh At-Tarmidzi, diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib.( Syarah Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqih al-Islamy wa adillatuhu 2/65).

Jadi, betapa ruginya kalau shalat tidak baca doa iftitah walau hukumnya sunnah.

Doa Sebelum Salam

Ada bacaan doa sebelum salam dalam shalat nampaknya sering dilupakan, padahal dalam doa itu berisi mohon perlindungan kepada Allah SWT dari 4 macam fitnah yang membahayakan yaitu :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ، يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullahi ﷺ bersabda, :Apabila diantara kalian telah tasyahud akhir, maka berlindunglah kepada Allah dari empat hal, , beliau mengucapkan :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Artinya: Ya Allah aku berlindung kepadamu dari siksa Jahannam, siksa kubur, dari fitnahnya kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnahnya Al Masih Ad-Dajjal.” (HR. Muslim, N0. 58).

Itulah catatan-catatan yang penulis anggap cukup penting untuk meningkatkan kualitas shalat sebagai ibadah yang paling Afdhal dalam Islam. Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam bishshawab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *