Sumedang, RBO -Penjabat (Pj) Bupati Sumedang Yudia Ramli menyebutkan, penanganan stunting di Kabupaten Sumedang yang berbasis teknologi digital telah menjadi role model percepatan penurunan stunting di Indonesia, bahkan diapresiasi Menteri Kesehatan dan Presiden Republik Indonesia.
“Salah satu keunggulan Pemda Sumedang dalam pencegahan dan penurunan stunting dibandingkan kabupaten/kota lain adalah pengggunaan teknologi berupa Aplikasi Simpati (Sistem Pencegahan Stunting Terintegrasi) dan Sinurmi (Sistem Informasi Kesehatan Remaja Putri Dan Ibu Hamil) yang menjadi alat untuk memastikan program yang diberikan tepat sasaran dan berdampak,” tutur Pj. Bupati Sumedang Yudia Ramli saat membuka Rembuk Stunting sekaligus _Launching_ Aplikasi Simpati G2/Jitu di Gedung Negara, Senin (20/5).
Rembuk Stunting menghadirkan tiga narasumber yakni Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan Kemenkes RI (Setiaji), Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat (Fazar Supriadi Sentosa), dan Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Provinsi Jawa Barat (Ane Carolina).
Dikatakan Yudia, Pemda Sumedang saat ini tetap serius mengupayakan pencegahan dan penurunan stunting melalui berbagai layanan spesifik dan sensitif oleh perangkat daerah, Kecamatan, desa/kelurahan serta lembaga non pemerintah.
“Oleh sebab itu, pada tahun ini upaya pencegahan dan penurunan stunting di Kabupaten Sumedang harus lebih terstruktur, sistematis dan masif serta dilakukan dari hulu ke hilir agar target 14 persen angka stunting nasional pada tahun 2024 dapat tercapai,” ujarnya.
Diungkapkan Yudia, penggunaan Aplikasi Simpati merupakan katalisator efektifitas program penurunan stunting di Kabupaten Sumedang dan akan terus dijaga dan dioptimalkan sehingga tujuan utama Sumedang Bebas Stunting dapat terwujud.
“Saat ini Pemerintah Sumedang terus meng _update_ aplikasi simpati memastikan program penurunan stunting efektif mulai dari sasaran di hulu sampai di hilir,” ungkapnya.
Sasaran di hulu yaitu Remaja Putri, Calon Pengantin dan Pasangan Usia Subur, serta Ibu Hamil dipastikan dalam kondisi sehat sehingga tidak ada lagi bayi lahir dalam kondisi stunting.
“Sedangkan sasaran di hilir yaitu Balita dipastikan dalam kondisi sehat sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal,” kata Yudia.
Yudia menambahkan saat ini aplikasi Simpati sudah terintegrasi dengan aplikasi “ASIK” milik Kementerian Kesehatan RI dengan sebutan “Simpati G2/JITU” (Simpati Generasi Ke-Dua).
“Semoga dengan kehadiran aplikasi Simpati Jitu, pencegahan dan penurunan stunting dapat lebih optimal, ditandai dengan hadirnya layanan-layanan yang efektif pada seluruh sasaran sehingga Sumedang bebas stunting dapat betul-betul terwujud,” imbuhnya.
Menurut Kepala DPPKB P3A Sumedang Ani Gestaviani, Rembuk Stunting merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan Pemerintah Daerah untuk memastikan pelakssanaan rencana kegiatan intenvensi pencegahan stunting dilakukan secara terintegrasi antara OPD, masyarakat, dan yang lainnya.
“Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan Pemda dan lembaga terkait dapat memperkuat koordinasi dan kolaborasi dalam upaya mengurangi prevalensi stunting, meningkatkan kesadaran masyarakat, memperkuat sistem kesehatan dan menyusun program intervensi yang efektif guna meningkatkan status gizi anak-anak dan memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal bagi generasi mendatang,” pungkasnya.
Kegiatan tersebut menghadirkan tiga narasumber yakni Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan Kemenkes RI (Setiaji), Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat (Fazar Supriadi Sentosa), dan Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Provinsi Jawa Barat (Ane Carolina). (Nbbn)