Pelalawan, RBO – Menyikapi berbagai pengalaman yang telah dialami oleh pendidik, tidak ada salahnya jika kita menggunakan cara lain untuk mendisiplinkan siswa.
Sebuah cara yang tidak berfokus pada kesalahan yang telah dilakukan, melainkan cara yang berfokus pada solusi / pemecahan yang bisa dilakukan yang disebut dengan restitusi disiplin diri.
Restitusi mengajak peserta didik untuk mengidentifikasi kembali tindakannya, sehingga dia bisa menganalisa dan memikirkan langkah yang tepat dalam pemecahan masalahnya.
Dengan restitusi, guru merangkul siswa yang telah melakukan kesalahan / kurang disiplin untuk menyadarkan mereka akan tindakannya selanjutnya membimbing mereka untuk menemukan cara menyelesaikan masalah yang telah mereka alami dan lakukan.
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh guru saat menerapkan restitusi disiplin diri adalah sebagai berikut: (1) ciptakan suasana positif; (2) ajak murid untuk berfikir dan menganalisa kesalahannya dan (3) beri ruang pada murid untuk memikirkan solusi terbaik.
Dengan menggunakan restitusi disiplin diri, pendidik tidak langsung melakukan penghakiman dan justifikasi kepada peserta didik yang melakukan kesalahan, melainkan memberi kemerdekaan pada peserta didik untuk menyelesaikan masalahnya, bukan guru yang memutuskan langkah apa yang harus dilakukan oleh peserta didik.
Ketika restitusi disiplin diri ini berhasil, maka akan muncul penghargaan terhadap diri peserta didik dan orang lain. Karena peserta didik merasa lebih berharga dan lebih percaya diri.
Mereka tidak merasa sebagai pesakitan, tetapi akan merasa sebagai pribadi yang positif, karena telah berhasil mencari solusi dari permasalahan yang telah mereka lakukan dan alami.
Seperti yang dilakukan Zulfiandry Za, Kepala Sekolah SMP N 3 km 5 kelurahan Barat Kecamatan PKL Kerinci Kabupaten Pelalawan Riau.
Siswa yang tidak mengikuti upacara Hari Kemerdekaan Ke-78, pihak sekolah memberikan hukuman secara gotong-royong dengan jumlah 20 orang.
Dalam hal ini kepala sekolah mengatakan, kalau tidak di lakukan seperti ini kapanlagi siswa mengetahui kesalahannya.
Seperti kami ini tidaklah hanya mengajar di dalam ruangan kelas, namun pihak sekolah menempa siswa menjadi orang yang disiplin,” kata Zulfiandry Za.
Kemudian lanjut dia, siswa akan belajar dari kesalahan yang dia perbuat, akhirnya menjadi orang yang taat aturan walaupun nantinya kejenjang bhyang lebih tinggi.
“Maka kegiatan ini adalah sebagai hukuman dan bermanfaat bagi sekolah,” ungkap Zulfiandry Za. (TMS)