SMA PGRI 1 Subang laksanakan MPLS, Ekstrakurikuler Pertunjukan Wayang Golek Jadi Favorite Siswa

0 0
Read Time:1 Minute, 27 Second

SUBANG, RBO – Di tengah gempuran era digital dan teknologi kecerdasan buatan (AI), SMA PGRI 1 Subang (SMAKOT) justru menghadirkan sesuatu yang unik dalam dunia pendidikan: ekstrakurikuler pertunjukan wayang golek.

Kegiatan ini menjadi salah satu favorit siswa, karena seluruh pemainnya, mulai dari dalang, sinden, hingga penabuh gamelan, adalah pelajar aktif sekolah tersebut.

Tak sekadar pertunjukan, kegiatan ini menjadi bagian penting dari pendidikan karakter dan pelestarian budaya lokal yang ditanamkan kepada siswa sejak dini. Wayang golek tampil sebagai simbol kekayaan budaya yang hidup di tengah semangat belajar anak-anak muda.

“Ini bukan hanya ekstrakurikuler biasa, tapi media belajar yang membentuk rasa cinta terhadap budaya bangsa,” ungkap Kepala SMA PGRI 1 Subang, Asep Kahlan.

Pertunjukan ini juga menjadi salah satu agenda pendukung kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang digelar SMAKOT selama lima hari, sejak 14 hingga 18 Juli 2025.

Sebanyak 175 siswa baru mengikuti MPLS dengan penuh semangat, diperkenalkan pada lingkungan sekolah, tata tertib, kegiatan belajar, hingga ragam ekstrakurikuler yang bisa mereka ikuti.

Dalam MPLS ini, peserta tidak hanya mendapatkan materi seperti pendidikan karakter Pancawaluya, bela negara, keselamatan berkendara, dan literasi digital, tetapi juga dikenalkan pada berbagai bentuk ekspresi seni dan budaya. Selain wayang golek, ditampilkan pula tari rampak, marching band, Pramuka, PMR, dan Paskibra.

Menariknya, kegiatan MPLS ini melibatkan secara aktif para siswa senior sebagai panitia, mentor, sekaligus pengisi kegiatan. Kolaborasi ini menunjukkan kuatnya semangat gotong royong di lingkungan SMAKOT.

“Harapan kami, para siswa baru bisa tumbuh menjadi generasi unggul yang tidak melupakan akar budaya mereka. Pintar saja tidak cukup, mereka juga harus punya karakter, rasa bangga pada bangsa, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar,” tegas Asep.

Dengan pendekatan menyeluruh, SMAKOT membuktikan bahwa pendidikan bukan sekadar soal pelajaran di kelas, tetapi juga soal membangun identitas, budaya, dan masa depan yang berakar. (A.Wahyudin)

About Post Author

redi setiawan

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *