SUMEDANG, RB.Online – Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah (BI KPW) Jawa Barat kembali menghadirkan Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) dan Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB).
Bertemakan “Green Growth Optimism”, KKJ dan PKJB Tahun 2022 digelar secara hybrid di Trans Conventions Center Bandung, Sabtu – Senin, 14 -16 Mei 2022.
Dalam event itu dihadirkan produk unggulan 87 UMKM terpilih dari 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat mulai dari produk kriya, fashion, craft, kuliner, kopi dan teh, serta pariwisata.
Selain display/showchasing produk UMKM, acara diisi pula dengan talkshow, digital discussion, peluncuran buku, business matching, live music dan sebagainya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni P Joewono menyampaikan, kegiatan tersebut salah merupakan satu upaya dalam mendukung pengembangan serta memperkenalkan produk premium UMKM.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat mengangkat citra budaya daerah, utamanya industri kreatif di Jawa Barat melalui sinergi dan kolaborasi dengan berbagai stakeholders, serta merupakan side event dari G20,” tuturnya.
Mengingat pelaku UMKM di Jawa Barat sangat banyak sekali, pihaknya pun harus menyeleksi para peserta yang akan tampil.
“Ada sekitar 12 ribu UMKM
yang berpartisipasi. Namun kita seleksi untuk dihadirkan selama acara sebanyak 87 UMKM saja,” katanya.
Doni mengatakan, dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan dan pasar, diselenggarakan juga Business Matching 5 UMKM unggulan Jabar.
“Business Matching ini merupakan hasil kolaborasi Kantor Perwakilan Bl Jabar dengan Indonesia Trade Promotion Center (IT PC), Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Luar Negeri antara 5 UMKM unggulan Jabar dengan potential buyer dari berbagai negara,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuturkan, ekonomi hijau seringkali disalahartikan oleh masyarakat dengan menganggap sebagai aktivitas daur ulang.
“Kata hijau ini seringkali tidak dipahami. Disangkanya hanya mendaur ulang. Padahal definisi hijau adalah aktivitas manusia yang rendah karbon,” katanya.
Menurutnya, saat ini gaya hidup masyarakat terbilang boros karbon karena masih mengandalkan bahan bakar bensin yang didapat dari perut bumi yang mengakibatkan pemanasan global.
“Gaya hidup rendah karbon harus selalu diterapkan oleh para pelaku UMKM yang bisa dimulai dengan memilih bahan baku lokal yang ada.
Kalau bisa upayakan bahan baku lokal daripada beli impor. Itu sudah menghemat karbon,” ucap Kang Emil.
Penjualan produk pun supaya dimaksimalkan terlebih dulu untuk pasar lokal.
“Misalnya, produk UMKM dari Bogor bisa memprioritaskan di pasar Jabodetabek yang dapat menghemat penggunaan karbon,” katanya.
Dikatakan Gubernur, untuk ekonomi hijau mengajak untuk memaksimalkan kekuatan lokal.
“Resources-nya lokal, jualan di level lokal dan kalau bisa energinya juga energi hijau, yaitu memanfaatkan panas bumi (geothermal), energi matahari, air, angin, dan sebagainya,” pungkasnya. (Riks)