KOTA BOGOR, RB.Online – Terhitung dari Sabtu (12/12/20) lalu, Isteriku Sumirah itu jatuh sakit hingga wafat pada 13 Mei 2021 yang lalu. Dia pun diboyong dari Bogor ke Sukabumi ke kediaman kedua orangtuanya Rabu (16/12/20), karena alasan kuatir tidak terawat dengan baik juga intensif, jika tetap bertahan di Bogor.
Karena kami jauh dari sanak saudara, demikian hal yang dijadikan alasan kedua orangtuanya. Disampaikan padaku sebelum aku setujui, saat isteriku akan diboyong ke Sukabumi saat itu.
Alasan yang masuk akal, mengingat resiko pekerjaanku, sebagai jurnalis di sebuah media cetak mingguan. Sudah bisa dipastikan banyak ditinggalkan di rumah, bersama anak bayi kami, yang saat itu baru berusia 5 bulanan.
Tentu, aku begitu untuk menjalankan tupoksi pekerjaan rutinKu, terjun ke lapangan. Berburu bahan tulisan berita, di media cetakku tersebut. Juga sebagai wujud tanggungjawab dan kasih sayang bagi keluarga kecil kami.
Namun karena alasan tersebut juga, di kurun waktu 4 bulan berjalan, isteriku cuma bisa dirawat dengan berobat jalan saja. Itu pun melalui pengobatan alternatif berbagai praktik pengobatan tradisional, tidak juga menampakkan perubahan yang menggembirakanku.
Kondisinya dari hari ke hari pun malah semakin memprihatinkan, praktis kian tidak berdaya. Bahkan sekedar minum serta makan pun harus serba dilayani. Hingga wafatnya pun, kondisi tersebut tidak kunjung membaik.
Bahkan sekedar buat mandinya, juga buang air besar dan kecil, sudah serba dilayani oleh ibunya. Sudah dikenakan pampers, untuk menampung BAB dan urine nya juga dengan bantuan ibunya, hingga beristinjanya.
Dia tak ditangani secara medis karena ketiadaan biaya, juga karena kami bukan akseptor dari BPJS. Kondisi prihatin dan miris Kami itu pun, berlanjut hingga isteriku wafat meninggalkan kami untuk selamanya.
Akibatnya, hingga wafatnya isteriku, kami tak mengetahui secara pastinya, penyakit apa yang dideritanya. Karena samasekali tak pernah diperiksakan di rumah sakit yang layak, yang memiliki fasilitas medis memadai.
Selain cuma memeriksakannya di Puskesmas, juga diselingi theraphy dari therapis sekitar kediaman orang tuanya, yang sempat dilakukan beberapa kali theraphy.
Kami pernah berulangkali memohon bantuan pihak pemerintah, namun tak ada yang menggubris sesuai harapan. Juga tidak pernah ada kepastian akan difasilitasinya atau tidak, meski hanya sekedar mendapatkan ruangan, untuk merawat isteriku dengan layak. Tanpa alasan yang jelas, kenapa tak ada dari pihak berwenang yang mempedulikan permohonan kami.
Diantaranya kepada Pemdes Cibatu Kec. Cikembar Kab. Sukabumi, sesuai alamat KK dan E-KTP kami tinggal itu. Pihak pemdes saat itu hanya sempat memberi bantuan alakadarnya, berupa materi, melalui Kerukunan Warga satu Dusun.
Pernah juga mohon bantuan di wilayah Kota dan Kab. Bogor, sebagai daerah asal tumpah darahku, di mana sekaligus wilayah penugasan kerjaku. Meski sekedar memohon kemudahan dan keringanan, melalui mediasi pihak pemangku kebijakan di kedua wilayah.
Namun tetap “Gayung tak bersambut” meski demi alasan kemanusiaan mau pun keadilan sosial bagi kami. Semua upayaku mentok dan sia-sia, berbentur prosedur, efek birokratisasi yang tidak saling terintegritas. Karena antara peraturan satu dengan lainnya, tak lagi gayung bersambut.
Semua itu tak mau dan tak mampu berbuat baik, apalagi berlandaskan niat ibadah buat menolong sesama warga negara. WNI yang lemah finansialnya, non anggota BPJS-Kes seperti keluarga Kami, tidak berhak kah Kami mendapat pelayanan pengobatan dan kesehatan yang layak sebagai Hak Azasi Manusia, di Negara yang berdasarkan Pancasila ini?
Penulis : Asep Didi Sumantri Kabiro Kota Bogor SKU REFORMASI BANGSA