Bogor, RBO – Dalam rangka mendukung program Ketahanan Pangan Nasional, juga pemanfaatan ketersediaan lahan wilayah desanya, yang sebelumnya terkesan lahan tidur, diubah jadi lahan produktif.
Disertai inisiatif penyerapan serta pemberdayaan tenaga kerja di wilayah desanya itu. Kelompok Tani Rawayan, di wilayah Desa Rancabungur, Kec. Rancabungur, Kab. Bogor, menjajaki terobosan terbilang baru, yakni berupa budidaya tanaman Sorgum.
Sebagai wujud penjajakan, lahan yang mulai ditanami komoditas Sorgum tersebut pun baru sebatas Demplot, atau kebun percontohan.
Luas lahan yang digunakan hanya sekitar 1.500 m² saja, berlokasi di Kp Karacak RT. 03/007, tak jauh dari lokasi jembatan gantung/rawayan, sebagai wahana tranportasi para pejalan kaki antar desa bertetangga, yakni dari desa Rancabungur ke Ciaruten atau sebaliknya.
Adapun benih Sorgum yang ditanam berupa biji, sebagai bibit awalnya itu didapatkan dari Koperasi GNBR (Gerak Nusantara Bogor Raya), yang diwakili pihak Koperasi tersebut, Harry Suharlan, sebagai Wakil Ketua dalam struktural Koperasi GNBR, sekaligus Praktisi Ahlinya (budidaya Sorgum : red), di Kec. Rancabungur.
Di kesempatan perdananya, Harry memaparkan tentang proses budidaya komoditas Sorgum yang diinisiasi juga diprakarsainya itu kepada Reformasi Bangsa. Berikut ini adalah pemaparannya, pada Rabu, (06/09/2023).
Penanaman perdana telah dimulai dari 12 Juni 2023, di lahan Demplotnya tersebut. Yang tidak lama lagi masuk masa panen perdananya, di usia 110 hari, terhitung dari fase penanaman benih tadi.
“Itu merupakan masa ideal untuk panen Sorgum, dari varietas Cover 9 yang telah dijadikan komoditas pilihan untuk percontohan. Durasi 110 hari itu pun, termasuk persiapan lahan selama 7 hari, sebelum penanaman,” paparnya.
Harry menambahkan lagi, jumlah pelaku tani atau pembudidayanya untuk saat ini baru 2 orang, yang memulai proses uji coba penanaman, di lahan Demplot sorgum itu dari awal persiapan lahan.
“Kesemuanya berawal dari kemauan berswadaya nya kedua orang petani saja, yakni Sodara Papai dan Didi sebagai pelaku tani pelopor, khusus budidaya Sorgum,” tambah Harry.
Harry dan rekan-rekannya berharap, terobosan dalam kiprah mereka tersebut bisa terus eksis, terutama dalam pengembangan budidaya Sorgum, hingga mencapai skala Agro Industri.
Bahkan jika memungkinkan segalanya, dapat dielaborasi kan dengan motif Agro Wisata Edukasi terkait hilirisasinya (program produksi terusan dari Sorgum tersebut : red).
Program tersebut merupa kan langkah awal mereka, yang menstimulant segera dibentuknya Kelompok Tani Rawayan. Yang diharapkan ke depannya dapat menjadi contoh bagi wilayah lainnya, khususnya internal wilayah Kecamatan Rancabungur.
Adapun kebun Demplotnya, selain di lokasi tersebut tadi masih ada satu lokasi lagi. Yakni di Kp. Cimanggu Desa Mekarsari, masih di wilayah Kec. Rancabungur. Yang tak lama lagi akan masuk masa panenan juga, berbarengan dengan kebun Demplotnya yang di Kp. Karacak tadi.
Di akhir obrolan, Harry serta rekan-rekannya menyampai kan harapan mereka, pada pihak pemerintahan di desa dan Kec. Rancabungur, agar mendukung kiprah mereka menjadikan Sorgum produk unggulan untuk Ketahanan Pangan di Rancabungur ini, mengingat keunggulannya yang begitu banyak.
Mulai dari panenannya, yang bisa tiga kali panen, dari satu kali penanaman dengan metode reproduksi batang tunasnya hingga dua kali reproduksi.
Selain dari Bulirnya tadi (biji Sorgum), batang dan daunnya, memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan, mulai dari peruntukan bagi pakan ternak, hingga diproses jadi Bio Ethanol (penyulingannya dari batang pohon Sorgum), dan berbagai keunggulan lainnya.
“Sehingga menjadi wajar, jika mufakat mereka untuk terus secara intensif memperkenalkan tanaman Sorgum, sebagai salah satu komoditas unggulan, dalam program ketahanan pangan nasional, yang memiliki nilai ekonomi menjanjikan,” pungkas Harry. (Asep Didi/Sugiat Hidayat)