Gubernur Sumsel Bangga Masyarakat OKI Tetap Lestarikan Budaya Midang Bebuke

0 0
Read Time:3 Minute, 51 Second

Ogan Komering Ilir, RBO – Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Herman Deru, mengungkapkan rasa bangganya terhadap masyarakat Ogan Komering Ilir (OKI), khususnya Kayuagung, yang tetap menjaga adat, budaya, dan tradisi di tengah kemajuan zaman.

“Budaya kita selayaknya seperti di sini (Kayuagung). Saat Lebaran, saling kunjung-mengunjungi, bersilaturahmi, dan memperkuat kebersamaan. Saya sungguh bangga melihat pemerintah dan masyarakat OKI tetap menjaga warisan leluhur,” ujar Herman Deru saat menghadiri Midang Bebuke di pelataran Pantai Love, Kelurahan Sida Kersa, Kayuagung, pada 2 April 2025.

Di bawah kepemimpinan Bupati H. Muchendi, Gubernur Deru optimistis OKI akan terus berkembang dengan tetap mempertahankan budaya daerahnya.

“Generasi muda harus bangga dengan budaya daerahnya, karena inilah jati diri kita. Saya optimistis OKI akan terus menapak kemajuan,” tambahnya.

Bupati OKI, H. Muchendi, menegaskan bahwa Midang Bebuke bukan hanya milik masyarakat OKI, tetapi telah menjadi warisan budaya tak benda nasional.

“Midang merupakan jati diri dan identitas, tidak hanya bagi masyarakat OKI tetapi juga sebagai warisan budaya nasional yang menjadi perekat bangsa. Oleh karena itu, tradisi ini perlu dijaga dan dilestarikan,” ujar Muchendi.

Melihat kemeriahan dan antusiasme masyarakat dalam mengikuti rangkaian adat Midang tahun ini, Muchendi mengungkapkan kebanggaannya dan berkomitmen meningkatkan penyelenggaraan acara di tahun-tahun mendatang.

“Saya sangat bangga melihat semangat kita semua. Ini membuktikan bahwa budaya kita masih hidup dan terus menguat. Jangan pernah lelah menjaga keberagaman dan kedamaian di Ogan Komering Ilir, karena daerah ini menjadi contoh kuat dalam melestarikan warisan leluhur,” pungkasnya.

Midang Bebuke Semakin Meriah dengan Beragam Lomba Budaya

Midang Bebuke yang rutin dilaksanakan pada hari ketiga dan keempat Lebaran tahun ini semakin meriah. Arak-arakan pengantin di sepanjang Sungai Komering menjadi tontonan menarik bagi masyarakat setempat maupun perantau yang pulang mudik.

Selain menyaksikan arak-arakan pengantin berbaju adat, berbagai lomba budaya turut digelar, seperti lomba lagu daerah, seni Cang Incang (sastra tutur suku Kayuagung), lomba Bengian dan Maju (pengantin pria dan wanita terbaik), serta lomba video promosi budaya dari masing-masing kelurahan.

Selepas salat Zuhur, puluhan pasangan pengantin berjalan menyusuri Sungai Komering diiringi musik jidur dari masing-masing kelurahan. Arak-arakan ini berakhir di halaman Pantai Love, Kelurahan Sida Kersa, Kayuagung, pada Rabu (2/4/25).

Setibanya di lokasi, rombongan pengantin disambut oleh Gubernur Sumsel, Herman Deru, Bupati OKI, Muchendi, Anggota DPR RI, Ishak Mekki, serta pejabat Forkopimda dan instansi terkait.

Midang Bebuke: Tradisi yang Terjaga Sejak Abad ke-17

Midang Bebuke adalah arak-arakan muda-mudi yang dilaksanakan setiap Idul Fitri, tepatnya pada hari ketiga dan keempat.

Tradisi ini bertujuan memperkenalkan pakaian adat, baik pakaian perkawinan maupun busana tradisional keseharian masyarakat suku Kayuagung. Midang Bebuke telah ada sejak abad ke-17 dan terus dilestarikan.

“Secara pelaksanaan, Midang terbagi menjadi dua versi, yaitu Midang Begorok untuk acara persedekahan dalam pernikahan atau khitanan, serta Midang Bebuke yang merupakan arak-arakan muda-mudi saat Lebaran untuk memperkenalkan pakaian adat Kayuagung,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata OKI, Ahmadin Ilyas.

Seiring berjalannya waktu, Midang Bebuke berkembang menjadi agenda pariwisata di OKI. Tradisi ini bahkan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.

Mengenalkan Sastra Tutur ‘Cang Incang’ di Tengah Kemajuan Digital

Selain Midang Bebuke, perayaan Idul Fitri tahun ini juga dimeriahkan dengan perlombaan sastra tutur ‘Cang Incang’, yang diikuti oleh generasi muda, terutama dari kalangan Gen Z.

Lomba ini bertujuan menginspirasi anak muda OKI agar lebih mencintai dan memahami nilai budaya daerah di tengah kemajuan teknologi.

“Saya bangga masyarakat OKI tetap menjaga tradisinya. Generasi muda harus tahu dan bangga dengan budaya daerahnya, meski dunia terus berkembang dengan teknologi digital,” ujar Gubernur Sumsel, Herman Deru.

Cang Incang adalah sastra lisan yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Kayuagung. Tradisi ini biasanya ditampilkan dalam upacara pernikahan.

Ciri khasnya terletak pada penggunaan kata-kata klasik dan ungkapan yang mencerminkan budaya setempat. Biasanya, tradisi ini dituturkan oleh mempelai perempuan kepada keluarganya saat pernikahan atau oleh pemuka adat dalam prosesi pernikahan masyarakat Kayuagung.

Melalui perlombaan ini, diharapkan akan muncul generasi penerus yang melestarikan tradisi tersebut.

Bupati OKI, H. Muchendi, menegaskan bahwa Midang Bebuke dan Cang Incang bukan hanya milik masyarakat OKI, tetapi telah menjadi warisan budaya nasional.

“Midang adalah jati diri dan identitas, tidak hanya bagi masyarakat OKI, tetapi juga sebagai warisan budaya nasional yang menjadi perekat bangsa. Oleh karena itu, tradisi ini harus dijaga dan dilestarikan,” ujarnya.

Melihat antusiasme masyarakat dalam mengikuti rangkaian adat Midang tahun ini, Muchendi mengungkapkan kebanggaannya dan berkomitmen untuk terus menjaga serta meningkatkan penyelenggaraan acara budaya di tahun-tahun mendatang.

“Saya sangat bangga melihat semangat masyarakat dalam menjaga tradisi ini. Ini membuktikan bahwa budaya kita masih hidup dan terus menguat. Jangan pernah lelah menjaga keberagaman dan kedamaian di Ogan Komering Ilir, karena daerah ini menjadi contoh kuat dalam melestarikan warisan leluhur,” tutupnya. (Nov)

About Post Author

redi setiawan

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *