Bupati Sumedang Hadiri Rakercab BPC PHRI
SUMEDANG, RB.Online – Masih dalam rangkaian Rakercab Badan Pimpinan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restauran (BPC PHRI) Sumedang, Rabu (2/3/2022) digelar Talkshow Kewirausahaan dengan tema Strategi Bisnis Kreatif Untuk Kebangkitan Pariwisata Sumedang di Shapire City Park.
Selain talkshow, kegiatan dirangkaikan pula dengan Pengukuhan dan Pelantikan Asosiasi Kafe dan Resto (AKAR) Kabupaten Sumedang sebagai bagian anak Cabang BPC PHRI.
Talkshow menghadirkan beberapa narasumber diantaranya Bupati Dony Ahmad Munir, Asep Haelusna (Owner Asep Strawberry) Perry Tristianto (Owner Floating Market) dan Herman Muchtar (Ketua BPD PHRI Jawa Barat).
Ketua BPC PHRI Sumedang Nana Mulyana mengatakan, kondisi Covid-19 membuat sektor usaha hotel, restoran dan pariwisata kian terpuruk sehingga perlu ada gebrakan untuk membangkitkannya.
“Untuk menggerakan sektor parawisata agar bisa bangkit dari keterpurukan, kita sengaja menghadirkan beberapa praktisi yang juga aktif di beberapa organisasi untuk memberukan motivasi dan pencerahan,” ujarnya.
Dikatakan, ada ratusan cafe di Kabupaten Sumedang yang sebagian besar dikelola anak muda dan sekarang terhimpun dalam kepengurusan BPC PHRI dan AKAR.
“Pengurus BPC PHRI sekarang ini 70 persen diisi dari kalangan milenial. Sekarang yang pegang kendali hampir semuanya adalah anak anak muda,” kata Nana.
Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir menyampaikan, sektor pariwisata bagi Sumedang saat ini sudah menjadi ‘core business’ mengingat potensi Sumedang yang begitu beragam, baik itu wisata alam, wisata budaya, maupun wisata buatannya.
“Setiap daerah harus punya ‘core business’ sesuai dengan potensinya. Sedangkan ‘core business’ Sumedang itu adalah pariwisata,” ujarnya.
Bupati Dony menjelaskan, bahwa pada bulan September tahun 2019 yang lalu Kabupaten Sumedang telah mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Pariwisata di Gedung Sapta Pesona Jakarta.
Sehingga Pemda Sumedang terus mendorong terwujudnya ekosistem Pariwisata, dimana seluruh elemen masyarakat diharapkan bisa ambil bagian dalam mendorong sektor pariwisata di Sumedang.
“Semua pimpinan SKPD menjadi ‘Kepala Dinas Pariwisata’. Semua SKPD jadi ‘Dinas Pariwisata’. Semua masyarakat jadi ‘pemandu wisata’ dan semua tempat di Sumedang menjadi ‘destinasi wisata.
Semua itu kami lakukan untuk mendorong ekosistem Kabupaten Pariwisata,” jelasnya.
Selain mendorong ekosistem pariwisata, faktor aksesibilitas, amenitas dan atraksi juga tengah dipacu. Bahkan, branding, advertising dan selling yang dikolaborasikan dengan lima pilar pentahelix diharapkan bisa ikut memicu pengembangan sektor kepariwisataan.
“Berbagai sarana prasarana akomodasi pariwisata sedang kami bangun, termasuk beberapa ruas jalan menuju destinasi wisata di Sumedang dan sentra-sentra pertanian. Ini sudah menjadi komitmen kami selaku pemerintah daerah,” ungkapnya.
Bupati menyebut, meski di tengah-tengah pandemi Covid-19, lanjut Bupati, lompatan inovasi sangatlah diperlukan agar potensi yang ada bisa dikelola secara kreatif sehingga bisa menjadi nilai ekonomi yang akhirnya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Kami melakukan ‘ambidexterity government’. Jika orang-orang sekarang hanya berpikir untuk ‘survive’, kami lebih dari itu. Di samping ‘survive’, kami juga ‘to win’. Caranya yaitu dengan membuat inovasi agar pemulihan ekonomi ini biaa dipercepat,” tutur Bupati.
Ketua BPD PHRI Jabar Herman Muchtar mengatakan, keberadaan PHRI harus memberikan kontribusi bagi Pemda dan bisa memberikan nilai tambah bagi kemajuan daerah.
“Keberadaan PHRI dan Asosiasi di dalamnya harus bisa memberikan kontribusi positif bagi Pemda dan harus mandiri sehingga memberikan nilai tambah bagi kemajuan Sumedang,” katanya.
Dalam mendorong kemajuan daerah, kata Herman, Sumedang tidak hanya cukup mengandalkan tahu saja, tetapi harus ada ikon lain yang bisa dimanfaatkan menjadi daya tarik Sumedang.
Apalagi dengan dibangunnya beberapa proyek strategis nasional seperti Tol Cisumdawu, masyarakat harus disiapkan agar Sumedang tidak menjadi kota mati.
“Sumedang nasibnya jangan sampai seperti Purwakarta karena kurang siap dengan adanya tol purbaleunyi. Menjadi mati karena tidak siap,” pungkasnya. (Riks)