BANDUNG, RB.Online – Seiring dengan perkembangan industri terutama di bidang kontruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan pengelasan, karena proses
pengelasan mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.
Dari hal tersebut mendorong para pelaku dunia industri untuk meningkatkan kebutuhan
penggunaan dari pengelasan logam yang memiliki kualitas bagus. untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang ahli dibidang pengelasan.
Hal itu disampaikan Adi Sukardi Ketua Indonesian Welding Association (IWA) pada acara penutupan dan penyerahan sertifikat Pelatihan Pengelasan Gelombang I yang diadakan bersama DPW Partai solidaritas Indonesia (PSI) Jabar.
Adi Sukardi mengatakan, IWA sebagai organisasi profesi yang berdiri pada tahun 2015 dan sudah diakui dunia memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga Jawa Barat, lulusan SMK, pencari kerja dan para pekerja industri pengelasan untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi yang diadakan di workshop IWA yang berlokasi di Jl. Siliwangi No. 77, Baleendah Kabupaten Bandung.
“Pelatihan Pengelasan Batch 1 yang diadakan 7 s/d 17 Maret 2022 telah selesai dan kepada peserta yang lulus mengikuti pelatihan diberikan sertifikat. Insya Allah untuk Pelatihan Batch 2 akan dibuka kembali setelah hari raya idul fitri,” ujarnya.
Sementara Agus Sumantoro, Instruktur Pelatihan kepada wartawan mengatakan, tujuan diadakannya pelatihan ini adalah untuk menciptakan SDM yang memiliki kualitas dan daya saing yang tinggi.
Selain itu, pelatihan bersertifikasi ini juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan Industri pengelasan (Welding Industry) yang ada di masyarakat. Sehingga menurut Agus, industri pengelasan yang ada dikelola oleh orang yang memiliki keahlian dan keterampilan.
“Program pelatihan yang diadakan IWA untuk meningkatkan keahlian dan karier di bidang industri pengelasan di berbagai tingkatan pemula hingga mahir,” pungkasnya.
Menurut Agus, kebutuhan pasar tenaga kerja di bidang pengelasan sangat terbuka lebar. Saat ini tenaga pengelasan yang ada di Indonesia mayoritas belum memiliki sertifikasi. (Anas)