Ada 46 Kasus HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya, Dominasi Pelaku ‘LSL’
“Ya, ada 46 kasus baru periode Januari sampai April 2022, untuk bulan Mei sampai Juli, ada datanya cuma belum divalidasi,” ucap Dadang Abdullah Mubarok Kasi Pecegahan dan Pengendalian Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Senin (18-07-2022).
Dirinya mengatakan, proses penularan virus HIV/AIDS masih didominasi oleh hubungan seksual gay atau pelaku homoseksual. Bahkan ungkap Dadang, Kota Tasikmalaya menduduki peringkat lima tertinggi kasus HIV/AIDS di Provinsi Jawa Barat.
“Dominasi pengidap HIV/AIDS berumur 18 sampai 42 tahun. Itu 80 persen anak remaja, sisanya biseksual, WTS dan Waria,” ungkap Dadang.
Dia mengungkapkan, tidak semua sejak lahir murni berprilaku gay, tapi ada sebagian yang diawali dari faktor ekonomi, lingkungan, juga tontonan dari media sosial yang sulit untuk difilter.
Untuk penularan penyakit ini terang Dadang, bisa melalui tiga cairan diantaranya darah, air susu dan cairan (sperma). Namun, menurutnya, penularan yang perlu diwaspadai adalah dari ibu hamil dan menyusui. Sebab, akan beresiko menjangkit anak balita atau janin yang dikandung.
Guna mencegah naiknya angka kasus, Dadang menyebut, Dinkes Kota Tasikmalaya memiliki program triple eliminasi yaitu pemeriksaan Hepatitis B, Sipilis dan HIV/AIDS bagi ibu hamil dan menyusui.
“Kalau ibu hamil diperiksa ke Puskesmas pasti akan langsung ditest Hepatitis, Sipilis dan HIV/AIDS. Itu untuk memastikan kesehatannya. Jika terjangkit, akan diintervensi oleh Dinkes, dari mulai pemeriksaan sampai melahirkan, bahkan ke pemberian obatnya,” terang dia.
Namun yang jadi kendala, ketika Ibu hamil diperiksa ke dokter spesialis. Itu jarang dilakukan pemeriksaan triple eliminasi.
“Kalau Ibu hamil ke dokter spesialis (swasta), mereka tak terpantau, jadi kami kehilangan data. Tapi kalau yang periksa ke Puskemas, pasti datanya terjaring,” kata Dadang. (Yoga)
Average Rating