TANJABBAR, RBO – Tim Reaksi Cepat (TRC), Perlidungan Perempuan dan Anak (PPA), Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), sesalkan kegiatan Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Pokja Bunda Paud Kabupaten Tanjabbar, di Gedung Pertemuan Kantor Bupati Tanjabbar.
Dalam rangkaian kegiatan, pihak panitia menyelenggarakan berbagai perlombaan yang diikuti oleh anak – anak PAUD se -Kabupaten Tanjabbar, yang dilaksanakan pada hari Rabu, (27/7/2022) pagi, secara langsung dibuka oleh Bupati Tanjabbar, Anwar Sadat, didampingi oleh Bunda PAUD Tanjabbar, Ummi Fadhilah Sadat.
Salah seorang perempuan pemerhati anak, dalam keterangannya kepada Media ini mengatakan, selama dua tahun lebih, kegiatan lomba anak-anak tidak dilaksanakan, dikarenakan pandemi Covid 19, ketika tahun ini diselenggarakan, anak – anak sangat senang dan gembira untuk mengikuti kegiatan tersebut. Begitu juga para orang tua, rela meluangkan waktu dan isi kantongnya sehingga anak – anak merasa bahagia.
“Tapi yang kita sayangkan, pas ketika pertengahan acara, anak dikasih waktu selama 40 menit untuk lomba, namun setelah lomba selesai anak langsung disuruh keluar,hanya pemenang yg tinggal di dalam. Sementara kegiatan didalam masih ada acara lainnya yang pengen ditonton oleh anak – anak yang mengikuti lomba,” kata seorang perempuan pemerhati anak yang tidak mau di sebut namanya, Rabu (27/7/2022) malam.
Ketika anak – anak keluar dari ruangan lomba, ia merasa prihatin tanpa ada fasilitas yang mendukung dalam kegiatan tersebut.
“Pihak panitia tidak menyediakan tenda dan tempat duduk di luar ruangan, sehingga anak – anak rela berpanasan, bahkan duduk di halaman parkiran sambil menunggu usainya kegiatan,” tuturnya dengan kesal.
Sementara, jika mereka dikeluarkan dengan alasan anak – anak ribut “Harusnya kalau tak mau ribut, gak usah bikin acara anak – anak lah, kita ketahui sendiri bahwa yang namanya anak – anak ya begitulah sifatnya, mereka bebas mengekspresikan dirinya,” cetusnya.
“Tapi yang saya liat, ini bukan lagi acara anak – anak, namun lebih mengedepankan kepentingan orang yang mungkin berseragam, sehingga menunjukan mereka lah yang membuat acara,” sambungnya.
Ia menambahkan, untuk biaya pendaftaran lomba di bebankan kepada peserta, namun kenapa peserta tidak difasilitasi oleh pihak panitia.
“Kalau mereka tidak ada dana, ya wajar memungut biaya pendaftaran peserta, tapi disitukan ada banyak sponsor, ok lah gak masalah anak di bebankan dengan biaya pendaftaran, namun sesuaikanlah anak – anak untuk mendapatkan haknya,” sebutnya dengan menyindir panitia.
“Jangankan untuk menonton, wali murid, dan satu guru pendamping aja datang jauh – jauh, air minum segelas aja tidak dapat, dikatakan kosumsi ada, tapi kenyataan kosumsinya tidak ada, dikasih setelah bubar, lalu konsumsi nya untuk siapa?,” ungkapnya dengan menunjukan sebuah pertanyaan.
Ia selaku pemerhati anak, sangat sesalkan dengan kegiatan HAN yang diselenggarakan pihak panitia, karena temanya “Anak Terlindungi, Anak Indonesia Maju”.
“Tapi hari ini saya lihat, anak di terlantarkan, kenapa demikian?, saya lihat anak – anak justru di biarkan berpanasan di bawah pohon dan parkiran, hanya demi menunggu untuk mendapatkan piagam dalam antrian, dan belum lagi mereka yang kelaparan serta kehausan duduk di parkiran makan dengan meja dan makanan yang dibawanya sendiri, itu sangat miris sekali, sedangkan mereka datang dari jauh beberapa kecamatan di luar tungkal ilir, tuturnya.
Ia berpendapat, jika hal ini di pandang oleh pemerhati anak lain yang diluar sana, pasti ini sangat banyak koreksian dalam penyelenggaraan kegiatan, bukannya karena ingin mencari kesalahan, akan tetapi kesalahannya sangat fatal.
“Kita boleh maklumi jika dalam sebuah acara atau kegiatan ada kekurangan, tapi saya tidak bisa maklumi perlakuan terhadap anak yang tidak layak, karenanya HAN itu mengangkat semua hak anak untuk dilindungi, mendapatkan pendidikan yang baik, dan mendapatkan perlakuan yang wajar, mereka berhak untuk dilindungi, dinaungi, dan berteduh di gedung itu, tapi mereka dikeluarkan, ditelantarkan, bahkan berpanasan,” terangnya.
“Fenomena ini yang saya pandang, sangat saya sesalkan sekali, saya tidak peduli siapa yang melaksanakan acara ini, saya yakin ketua Pokja PAUD dan bapak Bupati sendiri tidak tahu dengan masalah dan keadaan ini,” tegasnya.
yang saya sesalkan panitia, kenapa tidak perhatian kepada anak, malah sibuk memperhatikan orang dewasa yang datang sebagai pejabat pemerintah, lalu dimana hak anak itu di tempatkan, inikah yang namanya Kota Layak Anak,” sambungnya dengan tegas oleh wanita berdarah melayu ini. (Yus)